Hari Minggu Panggilan Sedunia Ke-61

Dipanggil untuk Menabur Benih Harapan dan Membangun Perdamaian

Minggu - 21 April 2024

Jadwal Petugas Tata Tertib

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

GEMA Newsletter

Gereja Maria Kusuma Karmel dalam Berita

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Sabtu 20 April 2024

Bacaan Liturgis – Pekan III Paskah, Sabtu, 20 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 9:31-43

  • Mazmur Tanggapan: Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku?

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13.14-15.16-17.

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perbuatan hidup yang kekal. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 6:60-69

Renungan Singkat : Perkataan Hidup yang Kekal

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, berawal dari kisah penggandaan lima roti jelai dan dua ikan yang diselingi dengan kisah tentang Yeus berjalan di atas air, kita merenungkan pengajaran Yesus tentang Roti Hidup. Pada akhir pengajaran Yesus dalam Injil Yohanes bab 6 ini, kita perlu membuat semacam rangkuman yang mencerminkan sikap-sikap dan tindakan-tindakan dari orang banyak yang mencari Yesus.

Pertama, sikap tertutup. Orang banyak yang telah mengikuti Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (ay. 60). Mereka merasa tidak sanggup untuk mendengarkannya, dan karena itu mereka sulit untuk mengerti. Namun, benarkah mereka sulit untuk mengerti? Atau bukankah sebenarnya mereka ini sulit untuk menerima? Ya, karena mereka memiliki sikap tertutup, maka mereka sulit menerima kebenaran bahwa Yesus adalah Roti Hidup yang turun dari surga, yang rela memberikan Diri-Nya, tubuh dan darah-Nya, sebagai makanan dan minuman atau sumber kehidupan bagi setiap jiwa.

Sikap hati mereka yang tertutup ditandai dengan keputusan sebagian orang untuk tidak lagi menjadi pengikut Yesus. Penginjil Yohanes menulis, “Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia” (ay. 66). Dengan demikian, benarlah apa yang Gereja ajarkan, “Ekaristi dan salib adalah batu-batu sandungan. Keduanya membentuk misteri yang sama, yang tidak berhenti menjadi sebab perpecahan” (Katekismus Gereja Katolik, No. 1336).

Kedua, sikap terbuka. Sebaliknya sikap terbuka dimiliki oleh kedua belas murid Yesus. Mewakili teman-temannya, Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (ay. 68-69). Simon Petrus berkata demikian, setelah Sang Guru yang dia sebut Tuhan bertanya kepada para murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (ay. 67).

Bagi Simon Petrus, pertanyaan Sang Guru adalah sebuah tantangan; tantangan untuk tetap komit kepada Yesus, Sang Guru dan Tuhan. Sebab bagi Petrus hanya ada satu kenyataan, yaitu bahwa tidak ada orang lain yang bisa dijadikan panutan. Hanya Yesus, Tuhan, yang memiliki kata-kata hidup. Hanya Dia yang memiliki perkataan yang membawa kepada hidup yang kekal.

Para saudara yang percaya kepada Yesus dan dikasihi-Nya, kesetiaan atau loyalitas Petrus tersebut didasarkan pada keterbukaan hati sehingga terjadi hubungan pribadi yang kuat dengan Yesus Kristus. Keterbukaan hati juga membuatnya mau belajar untuk menerima hal-hal baru yang Yesus ajarkan, termasuk tentang Roti Hidup, dan tentang segala sesuatu yang bisa membawa kepada hidup yang bermakna, hidup yang kekal.

Kesediaan Petrus untuk terus belajar berpengaruh pada iman-kepercayaannya kepada Tuhan. Hal ini tampak dalam argumentasi yang diberikan, mengapa dia bersama teman-temannya tidak mau pergi mengundurkan diri dan meninggalkan Sang Guru. Kata Petrus, “Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (ay. 69).

Percaya dan tahu (mengerti) adalah dua hal berbeda namun saling mendukung dalam kehidupan beriman. Hal ini tampak jelas dalam kata-kata Santo Agustinus, “Aku percaya supaya mengerti, dan aku mengerti supaya percaya lebih baik” (lih. Katekismus Gereja Katolik, No. 158). Orang yang benar-benar percaya, seperti Santo Agustinus, berusaha untuk mengenal lebih baik Dia (Tuhan), kepada Siapa ia telah memberikan kepercayaannya, dan untuk mengerti lebih baik apa yang diajarkan Tuhan atau apa yang diajarkan tentang Dia. Dengan demikian, pengertian yang lebih dalam atau luas pada gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat dan solid, iman yang semakin dijiwai oleh cinta, iman yang tidak pernah akan digadaikan demi apa pun. Maka, orang yang semakin percaya kepada Tuhan akan semakin mencintai Dia, demikian sebaliknya.

Lantas bagaimana supaya kita bisa semakin mengerti Tuhan Yesus dan ajaran-Nya sehingga juga menjadi semakin mengenal, mengimani (percaya) dan mencintai Dia?

Pertama, jangan minimalis; misalnya, “Saya ‘kan sudah pergi ke gereja setiap hari Minggu.” Itu tidak cukup, meski sudah bagus (bandingkan dengan Perintah Gereja kedua).

Kedua, perbanyak literasi umat, gerakan membaca buku-buku rohani tentang Tuhan, Bunda Maria dan orang-orang kudus perlu terus dihidupkan.

Ketiga, hadirlah dalam kegiatan umat di lingkungan, bukan hanya yang bersifat devosional-liturgis seperti doa dan Misa, tetapi juga yang bersifat spiritual seperti pendalaman iman atau pendalaman Kitab Suci. Misalnya, acara Pendalaman Iman (PI) – dan ini termasuk salah satu kegiatan umat yang paling tidak diminati umat di lingkungan, dan ini adalah kelemahannya -, Pendalaman Kitab Suci di Bulan Kitab Suci atau bulan lain, kegiatan Bulan Keluarga di bulan Desember dan sebagainya.

Keempat, ikutlah kegiatan-kegiatan yang bisa menambah wawasan rohani seperti Kursus Kitab Suci, Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP), Bina Lanjut Kursus Evangelisasi Pribadi (BLKEP), seminar ini-itu, rekoleksi umat, retret umat dan sebagainya. Di zaman digital sekarang ini ada banyak peluang dan kesempatan untuk menambah wawasan, semakin mengerti tentang Tuhan dan ajaran-Nya sehingga bisa semakin mengenal, mengimani dan mencintai Tuhan, yang perkataan-Nya adalah perkataan hidup yang kekal.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Alleluia!" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm