Renungan Harian

Renungan Harian 31 Januari 2023

Bacaan Liturgis - Peringatan Wajib Santo Yohanes Bosko, Selasa, 31 Januari 2023

  • Bacaan Pertama: Ibrani 12:1-4

  • Mazmur Tanggapan: Orang yang mencari Engkau, ya Tuhan, akan memuji-muji Engkau.

  • Mazmur Tanggapan: Mazmur 22:26b-27.28.30.31-32

  • Bait Pengantar Injil: Yesus memikul kelemahan kita, dan menanggung penyakit kita. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 5:21-43

Renungan Singkat - Iman Yang Menyelamatkan

Yohanes Bosco dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1815, di Becchi, dusun kecil di Castelnuovo d'Asti (sekarang namanya Castelnuovo Don Bosco), Italia. Ayahnya, Francesco, adalah seorang petani yang miskin. Francesco mempunyai tiga orang putera, yaitu Antonio (dari istri pertamanya yang telah meninggal dunia), Yusuf, dan Yohanes. Francesco meninggal dunia saat Yohanes baru berusia dua tahun. Hidupnya sungguh menunjukkan sikap seorang yang dikobarkan oleh kasih Tuhan. Hari ini, kita merenungkan iman yang menyelamatkan. Perikop Injil mewartakan kisah tentang iman seorang kepala rumah ibadat Bernama Yairus yang sungguh mengagumkan. datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nyakesembuhan bagi anak perempuannya yang sedang sakit, hamper mati, berkata, "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup" (Mrk.5:22-23). Mari kita lihat cara dia menghayati iman dalam hidup. Di hadapan Yesus, ia tersungkur. Sikap semacam ini mengungkapkan kerinduan besar dalam hati; sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan; dan sikap percaya sungguh. Iman tidak cukup hanya diungkapkan lewat perkataan, pengajaran tentang iman, tetapi terutama diwujudnyatakan lewat sikap iman dalam kehidupan. Dalam banyak peristiwa, kita melihat bahwa karya-karya mengagumkan Yesus terjadi melibatkan iman manusia. Yesus sebagai Tuhan menghendaki keselamatan semua putra-putri-Nya tetapi juga menghendaki iman mereka bertumbuh yang dihayati dalam kehidupan setiap hari. Kita perlu belajar terus dalam menghayati iman dalam kehidupan.

Seiring perkembangan zaman, ada keprihatinan tentang peranan Tuhan dalam kehidupan. Tidak sedikit orang memilih kekuatan-kekuatan selain Yesus. kita dipanggil untuk sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Melihat sikap iman kepala rumah ibadah itu, Yesus sungguh menyatakan kuasa-Nya bagi perempuan yang sedang sakit tersebut. “Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebabumurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub (Mrk 5:41-42). Dalam hal iman, bukan hanya pengetahuan yang dibutuhkan tetapi juga kesalehan. Hidup rohani seseorang perlu mendapat perhatian kita bersama. Banyak orang kudus tidak pandai secara teoretis tentang iman, tetapi ia mampu menunjukkan sikap iman dalam hidup. Iman yang menyelamatkan itu bukan hanya konsep tetapi terutama perjumpaan dengan Tuhan.

Demikian juga dengan seorang perempuan yang sedang sakit pendarahan selama dua belas tahun. Di hadapan Yesus, ia sungguh berusaha menunjukkan kerinduan hatinya akan keselamatan dari Tuhan. “Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh" (Mrk.5:28). Apa yang dilakukan oleh seorang perempuan ini ialah mereka boleh mengalami kehadiran Tuhan dalam damai. Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Tuhan tidak pernah mencobai manusia lebih dari kekuatannya. Satu hal yang Dia minta kepada kita yaitu iman yang sungguh-sungguh yang dihayati dalam keseharian. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu" (Mrk.5:34). Seketika itu ia sembuh.

Pendidikan iman sangat penting dalam hidup kristiani kita. Keluarga harus lah menjadi tempat pertama bagi anak untuk mengenal, mengimani dan menyembah Tuhan. Ia menghayati imannya dengan melakukan perbuatan kasih bagi sesama. Teladan Santo Yohanes Bosko sungguh mengagumkan bagi kita. Hal yang paling menyentuh hati Don Bosco adalah ketika ia mengunjungi penjara. Ia menulis demikian: “Melihat begitu banyak anak, dari usia 12 hingga 18 tahun, semuanya dalam keadaan sehat, kuat, cerdas, digigiti serangga, kekurangan makanan, baik makanan rohani maupun jasmani, sungguh sesuatu yang amat mengerikan bagi saya.” Menghadapi keadaan seperti itu Don Bosco membuat suatu keputusan: “Saya harus, dengan segala prasarana yang ada, mencegah kehidupan para anak dan remaja itu berakhir di sini.” Mari kita terus menjalin hubungan yang selalu hangat dengan Tuhan, sehingga kita juga mampu menghadirkan sikap beriman sejati di hadapan-Nya. Tuhan memberkati. [RP Manaek Sinaga, O.Carm]