Bulan Kitab Suci Nasional 2024

Allah Sumber Keadilan

Klik Lebih Lanjut

Kunjungan Bunda Maria Ke Wilayah

Tahun 2024

Info Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Senin 09 September 2024

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXIII, Senin, 09 September 2024

  • Bacaan Pertama: 1 Korintus 5:1-8

  • Mazmur Tanggapan: Tuhan, bimbinglah aku dalam keadilan-Mu.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 5:5-6.7.12

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 6:6-11

Renungan Singkat : SETIA BERBUAT KASIH

Kasih Tuhan bagi manusia tiada batas. Tetapi seringkali manusia membatasi dirinya untuk melakukan perbuatan kasih. Yesus adalah wajah Tuhan yang berbelaskasih di tengah dunia ini. Ia menyambut orang berdosa; menyembuhkan orang sakit; membangkitkan orang mati. Bagi Yesus keselamatan jiwa jauh lebih penting daripada hanya memelihara hukum-hukum keagamaan tetapi tidak menyelamatkan hidup orang lain. Hari ini dalam perikop Injil, kita mendengar Yesus menyembuhkan seorang yang sakit tangan kanannya pada Hari Sabat. Kaum Farisi mengamat-amati Dia. Yesus tahu akan hal itu. Maka Ia menegur mereka dengan pertanyaan retoris. Ia berkata, "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” (Luk.6:9). Mendengar teguran itu, mereka menjadi marah. Kemudian, mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus (Luk.6:11).

Kondisi pewartaan yang dialami oleh Yesus ini juga terjadi dalam zaman ini. Orang yang berkehendak baik seringkali mendapat kecaman. Mereka difitnah, diolok bahkan bisa terancam nyawanya dan lain sebagainya. Singkatnya, niat berbuat kasih saja tidak cukup. Kita membutuhkan rahmat untuk memampukan kita tetap setia melaksanakannya. Moralitas kita sebagai seorang Kristiani bersumber dari pengenalan akan Tuhan. Ia menyatakan diri-Nya kepada kita bukan sebagai Pribadi Ilahi yang jauh dari hidup kita, tetapi yang terlibat di dalamnya. Semakin umat beriman mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh maka ia akan semakin mampu melaksanakan cinta kasih dalam hidupnya. Tuhan tidak menjauhkan diri dari umat-Nya. Ia mendekati bahkan melibatkan diri bagi mereka.

Dalam salah satu surat apostoliknya, Paus Fransiskus pernah berkata bahwa kita sebagai umat beriman bila ingin mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh di tengah dunia ini maka kita harus melawan arus. Istilah ini merujuk pada semangat dan komitmen kita untuk membarui diri di tengah gempuran mentalitas dunia. Kita sebagai orang beriman tidak cukup hanya mengikuti tatanan yang ada begitu saja. Kita perlu merefleksikan diri secara terus-menerus, sehingga kita dapat memikirkan dan membuat keputusan yang sungguh-sungguh membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar dan keselamatan bagi sesama. Hidup yang tidak direfleksikan tidak dapat dihidupi, demikian kata orang bijak.

Situasi dan kondisi di sekitar kita akan terus berubah. Sikap orang lain menyikapi perbuatan kasih kita tidak selalu sama. Ada yang dapat menerima dengan baik tetapi akan ada juga yang mengecam, mengolok-olok bahkan mengancam. Tetapi mari kita ingat bahwa berbuat kasih itu bukan tergantung situasi kondisi yang menyenangkan kita, tetapi ditentukan oleh nilai dari berbuat kasih itu sendiri. Keberadaan kita sebagai murid Tuhan menjadi panggilan untuk berbuat kasih terutama bagi saudara-saudara yang lemah. Hukum-hukum atau kebijakan itu baik, tetapi bila hidup hanya semata-mata di bawah bayang-bayang hukum maka hanyalah menghilangkan nilai terdalam panggilan kita sebagai orang Kristiani. Hati kita tetap harus seperti hati Yesus yang mudah tergerak oleh belas kasihan.Akhirnya, Tuhan menganugerahi kita pikiran dan hati Nurani untuk menerima kehendak-Nya dan melaksanakan dalam hidup sehari-hari. Mari kita berdoa agar hati kita dibentuk dan disempurnakan dengan Hati Yesus yang mahakudus. Tuhan memberkati.

[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Alleluia!" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm