Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Minggu 09 Februari 2025

Bacaan Liturgis – Hari Minggu Biasa V, 9 Februari 2025

  • Bacaan Pertama: Yesaya 6:1-2a.3-8

  • Mazmur Tanggapan: Di hadapan para dewata, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8

  • Bacaan Kedua: 1 Korintus 15:1-15 (atau 1 Korintus 15:3-8.11)

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya.Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 5:1-11

Renungan Singkat : Taat kepada Yesus

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ruang terbuka seperti pinggir pantai, juga digunakan oleh Yesus sebagai media untuk mengajar orang banyak. Seperti ketika Yesus tiba di wilayah sekitar danau yang disebut Danau Genesaret, “orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah” (Luk 5:1). Khotbah atau pengajaran Yesus disebut “firman Allah” untuk pertama kali. Kelak Ia akan melukiskan firman Allah itu sebagai sumber yang memberikan kehidupan kepada mereka yang menerimanya dalam iman (lih. Luk 8:21; 11:28).

Di tepi pantai Danau Genesaret itu, Yesus melihat dua buah perahu. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membersihkan jala mereka di waktu pagi, yang telah mereka gunakan semalaman untuk mencari ikan. Setelah dibersihkan, mereka menggantungkannya supaya kering.

Menarik untuk diperhatikan bahwa sementara para nelayan membersihkan jala, Yesus naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu (Luk 5:3-4).

Kita lihat di sini bahwa pada zaman Yesus, pelayanan sabda atau firman Allah, juga dilakukan di pinggir pantai, tempat orang banyak berkumpul. Suasana sejuk di pagi hari, namun lama-lama pasti panas lantaran tak ada pelindung. Situasi seperti itulah yang mereka hadapi. Akan tetapi, karena mereka mengerumuni Yesus dengan motivasi hendak mendengarkan firman Allah, maka mereka pasti bertahan dalam situasi apa pun.

Sementara itu, Yesus berkhotbah, menyampaikan firman Allah dari perahu Simon, yang dijadikan sebagai mimbar sabda, dengan posisi sedikit jauh dari pantai. Dengan demikian, Yesus bisa menjangkau orang banyak itu dan, konon, permukaan air dapat membantu memantulkan suara Yesus sehingga suara-Nya bisa ditangkap oleh mereka yang berkumpul di pinggir pantai.

Pelayanan firman Allah yang telah Yesus lakukan, baik yang disampaikan di Bait Allah maupun di ruang terbuka, telah dilanjutkan oleh Gereja sepanjang zaman. Gereja perdana pascakebangkitan Yesus dengan setia melanjutkan pelayanan firman Allah (lih. Kis 4:31; 6:2).

Dalam perkembangannya, orang banyak (jemaat) lebih memilih ruang tertutup (gereja) untuk berkumpul, beribadah, berdoa, mendengarkan firman Allah dan menerima Tubuh Kristus. Terlebih karena udara panas, orang cenderung tidak memilih tempat terbuka untuk pelayanan firman atau merayakan Ekaristi, melainkan tempat tertutup seperti gereja. Umat Paroki Meruya juga lebih senang berkumpul di ruang tertutup (gereja) untuk beribadah, mendengarkan firman Allah dan menerima Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi.

Singkat kata, media pewartaan sabda atau firman Allah berbeda antara dahulu dan sekarang karena perkembangan zaman. Bahkan, di era digital ini, firman Allah bisa menjangkau tempat dan jumlah orang yang tak terhitung, dalam waktu yang singkat dan cepat, tanpa harus menggunakan mimbar sabda. Namun demikian, semangat Yesus untuk menyampaikan firman Allah harus tetap sama, dimiliki oleh Gereja dan setiap anggotanya. Alias, setiap kita perlu memiliki semangat Yesus untuk memberitakan firman Allah, tidak harus memakai mimbar yang bagus dan kerén di gereja.

Santo Paus Paulus VI dalam Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil) mengatakan, “Menyampaikan pesan Injil adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada Gereja berdasarkan perintah Tuhan Yesus, agar umat dapat percaya dan diselamatkan” (No. 5).

Lebih lanjut Paus ke-262 ini mengatakan, “Gereja ada untuk mewartakan Injil, yakni untuk berkhotbah dan mengajar, menjadi saluran karunia rahmat, untuk mendamaikan para pendosa dengan Allah dan untuk mengabadikan kurban Kristus di dalam Misa, yang merupakan kenangan akan kematian dan kebangkitan-Nya yang mulia” (No. 14).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Gereja yang dimaksud adalah kita, Anda dan saya, bukan siapa-siapa. Oleh karena itu, mari kita menyampaikan pesan Injil, firman Allah, baik lewat mimbar di gereja (dilakukan oleh para imam) maupun di pasar (baca: hidup keseharian kita, tempat mencari uang atau nafkah) lewat kesaksian hidup (dilakukan oleh setiap orang tanpa kecuali).

Sebab, kata Santo Paus Paulus VI, “Bagi Gereja, sarana utama bagi penginjilan adalah kesaksian hidup Kristen yang otentik, yang diberikan pada Allah dalam suatu persekutuan, yang tak dapat dibinasakan oleh apa pun juga, dan sekaligus juga diberikan kepada sesamanya dengan semangat yang tak mengenal batas” (No. 41).

Semangat Yesus tak mengenal batas, demikianlah mestinya semangat kita, murid-murid-Nya. Suatu saat memang kita bisa gagal seperti dialami oleh Simon. Namun, jika kita mau taat kepada Yesus, mau mendengarkan instruksi-Nya, selalu berpengharapan dan terus berusaha, maka mulut kita bisa menganga lantaran takjub melihat kuasa-Nya yang bekerja di dalam kita. Simon telah mengalaminya, “Mereka berhasil menangkap sejumlah besar ikan” (ay. 6).

Para saudara, dalam semangat Tahun Yubileum 2025 ini, mari kita menjadi peziarah-peziarah pengharapan yang mau taat kepada Yesus. Dengan taat kepada Yesus, pengharapan kita akan campur tangan-Nya dan kuasa-Nya yang bekerja di dalam kita tidak pernah akan mengecewakan.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Tahun Kepedulian" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm