Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya (Tutup Sementara 17-20 April)

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Senin 16 Juni 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XI, Senin, 16 Juni 2025

  • Bacaan Pertama: 2 Korintus 6:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan cahaya bagi jalanku. Alleluya

  • Bacaan Injil: Matius 5:38-42

Renungan Singkat : MENGASIHI MUSUH

Pada tanggal 13 Mei 1981, seoarang pria berkebangsaan Turki, bernama Mehmet Ali Ağca mencoba membunuh Paus Yohanes Paulus II. Pada waktu itu, Paus sedang audiensi umum seperti biasanya setiap hari Rabu di lapangan Santo Petrus, Vatican. Ali Agca total melepaskan empat tembakan. Dua peluru mengenai Paus Yohanes Paulus II di perut dan tangan kiri, dan Paus langsung pingsan. Dua peluru lain mengenai seorang wanita Amerika berusia 60 tahun, Ann Odre dan seorang wanita Jamaika berusia 21 tahun, Rose Hill. Keduanya terluka. Hal yang mengejutkan ialah, Paus memaafkan pelaku penembakan itu. Ia menyebutnya sebagai “saudara yang memukul saya.” Ia memaafkan orang yang hampir saja merenggut nyawanya. Pada 27 Agustus 1983, Paus Yohanes Paulus II bertemu Ali Agca dan memaafkannya secara langsung. Pada kesempatan itu, Paus memegang tangan Ali Ağca dan keduanya berpelukan. “Kami bertemu sebagai sesama manusia dan sebagai saudara,” kata Paus Yohanes Paulus II usai pertemuan. 

Keputusan Paus untuk memaafkan perbuatan jahat bahkan mematikan ini mewartakan kepada dunia dan kepada kita semua kebenaran ajaran kasih Yesus Kristus. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat.5:39). Yesus tidak menentang pelaksanaan keadilan yang semestinya atas mereka yang melakukan kejahatan. Yang dimaksudkan Yesus adalah mengasihi musuh (ayat Mat 5:44; Luk 6:27). Bila kita diperlakukan secara tidak adil, kita jangan membenci, tetapi harus menunjukkan reaksi yang memperlihatkan bahwa kita memiliki pendirian yang berpusat pada Kristus dan kerajaan-Nya. Tindakan kita terhadap mereka yang bersikap tidak baik kepada kita haruslah sedemikian sehingga akan menyebabkan mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka.

Lalu apa yang dapat kita usahakan untuk hidup kita hari ini? Mari kita semakin menyadari secara lebih mendalam, bahwa kita diundang oleh Tuhan untuk hidup dalam semangat cinta kasih. Pengampunan adalah salah satu ungkapannya. Kita mengampuni orang yang bersalah bukan karena kita kalah; bukan karena kita ingin ditindas tetapi karena kita ingin menghadirkan hati Yesus Kristus yang dinyatakan kepada kita bukan untuk menghakimi tetapi untuk mengampuni. “Akupun tidak menghakimi kamu. Pergilah dan janganlah berbuat dosa lagi!” Itu yang disampaikan Yesus kepada seorang perempuan yang tertangkap berbuat zinah oleh kaum Farisi dan dibawa kepada Yesus. Kemudian mari kita ingat juga bahwa kita punya doa yang sangat mengagumkan yaitu doa Bapa Kami. Di dalamnya kita menyebut Dia sebagai Bapa, dan memohon “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Dalam doa itu sejatinya kita selalu diingatkan bahwa doa yang berkenan kepada-Nya adalah doa yang berangkat dari hati yang damai. Damai dengan Tuhan dan sesama. Musuh itu bukan hanya yang dapat membinasakan raga kita tetapi juga mereka yang menghalangi kita terus bertumbuh dalam hidup. Musuh itu bukan orang yang menyakiti dari jauh, tetapi bisa juga orang-orang dekat bahkan anggota keluarga sendiri, tetangga, rekan kerja, mitra bisnis, dan lain sebagainya. Semoga rahmat Tuhan senantiasa memampukan kita mengasihi musuh. 

Tuhan memberkati, amin.

[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm