Majalah Kusuma

Majalah Kusuma

EDISI TERBARU

Elly Kusumawati Handoko - Ketua Presidium WKRI DPP

Elly Kusumawati Handoko - Ketua Presidium WKRI DPP

Dalam organisasi Wanita Katolik RI, Kongres merupakan forum musyawarah tertinggi di tingkat nasional bagi seluruh Anggota, yang memiliki kekuasaan tertinggi melalui sistem perwakilan, dan diselenggarakan lima tahun sekali. Kongres XXI Wanita Katolik RI diselenggarakan di Hotel Mercure Ancol Jakarta, 26-29 Oktober 2023. Kehadiran Utusan dan Peninjau dari seluruh provinsi di Indonesia menjadi penting karena mereka harus menyampaikan mandat dan usulan dari daerah masing-masing pada sidang-sidang. Hadir 36 Dewan Pengurus Daerah (DPD) yaitu Sumatera Utara, Sibolga, Sumatra Barat, Riau, Keuskupan Pangkalpinang, Sumatra Selatan, Lampung, Jakarta, Keuskupan Bogor, Jawa Barat, Keuskupan Purwokerto, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Keuskupan Malang, Bali-NTB, NTT, Keuskupan Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Atambua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Keuskupan Tanjung Selor, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Selawesi Tenggara, Maluku, Keuskupan Jayapura Provinsi Papua, Keuskupan Manokwari-Sorong, Keuskupan Agung Merauke, Papua Barat, Keuskupan Timika, Keuskupan Agats. Sungguh hal yang menggembirakan, bahwa untuk mencapai kata mufakat, semua perwakilan tetap setia mengikuti sidang-sidang sampai akhir. Apa yang kita lihat dan pelajari dari forum musyawarah ini? Rasa memiliki organisasi yang begitu besar, sehingga berani menyampaikan pendapat/usulan, berani mengkritisi kebijakan, demi perbaikan untuk kemajuan bersama. Antusias dari perwakilan seluruh Indonesia dalam ambil bagian dan memikirkan bersama-sama guna mewujudkan Visi Misi Wanita Katolik RI sesuai tema Kongres XXI ini.

RP A. Ari Pawarto, O.Carm Mengakarkan dan Membumikan Laudato Si

Menerima tugas perutusan sebagai Ketua atau Pengurus dalam komunitas, khususnya organisasi Wanita Katolik RI adalah ungkapan iman kepercayaan bahwa “DIA yang memilih aku”. Bagaimana bekerja dalam mengemban tugas dan tanggung jawab, merupakan bukti nyata bahwa kita mau memberi yang terbaik dalam kesempatan yang DIA berikan. Lalu… apa kiat yang harus dilakukan agar dapat bekerja secara maksimal selama masa bakti? Upaya untuk membenahi diri adalah dengan belajar dan berani berubah.

Titik Sugianti - Pelaku UMKM Yang Gigih

Teman-teman Wanita Katolik RI Terkasih, seiring sebelas ranting sudah berganti pengurus, tentunya teman-teman siap melayani dengan semangat baru, ide-ide/kreativitas yang cemerlang dan inovatif. Pergantian pengurus dan program karya semua berjalan lancar berkat kerja sama, kerja keras, semangat dan komitmen dari Pengurus periode sebelumnya.Kasih, kepedulian dan tindakan nyata telah dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada martabat manusia. Semoga menjadi berkat bagi keluarga, Gereja, dan masyarakat.

Oma Frida Martha di Graha Lansia Marfati

Masalah klasik yang sering timbul dan menjadi kekhawatiran dalam setiap organisasi pada umumnya adalah masalah regenerasi dan kaderisasi kepengurusan. Upaya membangkitkan semangat anggota, perempuan muda dalam kepengurusan dan mencari anggota baru dari kalangan kaum muda harus segera dilakukan, mengingat jumlahnya sangat sedikit di Wanita Katolik RI Cabang MKK Meruya. Merangkul generasi muda seyogianya dilakukan sejak dini guna proses regenerasi. Untuk anggota usia muda, hal ini dapat dilakukan dengan cara aktif mengajak, mendorong mereka agar terus terlibat dalam kegiatan/organisasi. Buka ruang dan kesempatan lebar-lebar kepada mereka agar dapat berkreativitas, berkarya, berinovasi, namun tetap didampingi oleh para senior agar tetap terarah sesuai visi misi organisasi. Para senior juga harus berani dan tidak pelit mentransfer ilmu dan pengalaman, tetapi terbuka terhadap pendapat lain.

Pimpinan Wanita Katolik Republik Indonesia

Salah satu tugas RT adalah membantu dalam pelayanan masyarakat yang menjadi tugas pemerintah daerah. Wanita Katolik RI (WKRI) adalah organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945, serta berlandaskan Ajaran Sosial Gereja. Maka perlu perwujudan visi misi dalam karya nyata. Perwujudan itu bisa ke dalam, yaitu dengan pemberdayaan anggota, pelatihan, pembekalan organisasi, kaderisasi, dan lain-lain. Bisa juga ke luar melalui kemitraan dan berjejaring dengan institusi lain, kegiatan kemasyarakatan dan peduli lingkungan seperti ikut mengatasi gizi buruk, Peningkatan Perempuan Usaha Kecil (PPUK), napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya), pendidikan anak jalanan, penyuluhan, kesehatan masyarakat, dan lain-lain, dengan nilai injili mewarnai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan tersebut: jadilah terang dan garam dunia melalui sikap, perkataan dan perilaku. Ini bisa menjadi motivasi bagi kita untuk terus berbuat baik, terutama membantu yang berkekurangan karena dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

Dia Yang Memberi Kekuatan

Teman-teman Wanita Katolik yang terkasih, waktu berjalan begitu cepat, tak terasa masa pandemi sudah berjalan satu setengah tahun lebih. Segala kegiatan kita dibatasi dan pertemuan tatap muka belum dapat terlaksana. Dengan penuh harapan kita menanti pandemi cepat berlalu, agar dapat melaksanakan segala kegiatan seperti semula. Tak disangka gelombang kedua pandemi malah datang menyerbu. Bahkan semakin merajalela di belahan bumi ini, khususnya di Indonesia. Jumlah korban meningkat drastis, rumah sakit penuh tak dapat lagi menampung pasien, keadaan semakin genting. Untuk menekan laju pertumbuhan Covid-19 yang tak terkendali, pemerintah akhirnya mengambil sikap dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Ruang gerak kita semakin terbatas!

Karakter Saya Jadi Bertumbuh

Memasuki tahun 2021, virus Corona belum terlihat akan pergi, namun justru bermutasi menjadi lebih menular. Sementara vaksinnya pun masih pro kontra, tetapi hidup mesti berjalan. Lalu, bagaimana kita mesti menjalani hidup ini ? Tidak dapat disangkal lagi bahwa pandemi ini membawa duka bagi banyak keluarga. Dari kalangan tenaga kesehatan, rohaniwan, pejabat pemerintah, masyarakat atas sampai bawah, orang yang tidak kita kenal sampai orang sekitar kita, sehingga kita merasakan semakin tipisnya batas hidup dan mati. Memang, kematian adalah suatu keniscayaan.

Kreativitas di Masa Pandemi

Mewabahnya pandemi Corona yang menghebohkan di awal tahun 2020, merupakan hal baru bagi dunia yang membuat cemas setiap insan di bumi. Namun di balik rasa khawatir, bingung, takut dan sedih, ternyata masih ada seberkas cahaya kegembiraan, kebanggaan ketika melihat kepedulian sebagian rakyat Indonesia terhadap orang yang terdampak Covid-19. Ada yang menyumbang dana melalui komunitas sosial, membuat masker, face shield, cairan antiseptik untuk disumbangkan bagi yang membutuhkan, membeli makanan, snack, yang dijual secara online oleh Anggota WKRI Cabang MKK, Panti Asuhan, Rumah Retret yang saat ini sepi pengunjung, mengusahakan nasi murah di warteg yang disubsidi untuk pengemudi ojol, sopir mikrolet dan orang-orang kecil lainnya. Bahkan ada yang menyediakan makanan kepada tetangga yang sedang dikarantina di rumahnya, menjadi pekerja sosial di rumah sakit, relawan dan lain sebagainya.

Perempuan adalah Tiang Keluarga Untuk Mengubah Dunia

Tahun 2020 dibuka dengan “genangan”. Genangan air (banjir) dan genangan air mata (tangis) sebagian penduduk Jakarta yang terkena imbas, termasuk juga kawasan MKK. Apa yang harus kita perbuat? Ikut-ikutan mentertawakan orang yang kita anggap berwenang? Atau marah-marah? Atau cuek bebek karena merasa tidak terdampak? Tentu TIDAK. Sebagai Anggota Wanita Katolik RI kita sudah dilatih untuk bersyukur dan sabar, bahkan diasah untuk peduli, peka dan membuka hati bagi orang lain yang sedang susah. Kepekaan sosial dan moral akan berbuah pada rasa keadilan dan bela rasa

Syukur 25 Tahun WKRI DPC MKK Meruya

Berhati tulus, berjiwa pelayanan merupakan suatu hal yang harus dikembangkan dan dengan penuh kesadaran ditekuni oleh orang-orang yang berkecimpung di organisasi yang bersifat pelayanan. Namun yang masih sempat diragukan adalah apakah pelayanan itu murni tulus, atau hanya saja menjalankan pekerjaan sebagai pelayan? Setiap orang tentunya akan berbeda-beda karakteristik dan motivasi diri yang mendorong untuk melakukan pelayanan terhadap orang lain.

Keceriaan Dalam Keterbatasan

Pernah kita dengar orang bilang: “Aku kurang apa...? Aku sudah pelayanan….” Begitulah, kadang orang mengukur pelayanannya dengan besarnya dana/bantuan atau banyaknya waktu yang dikorbankan untuk melayani. Kita harus berterimakasih atas pelayanannya, kita membutuhkan dia. Namun pelayanannya masih bisa ditingkatkan menjadi Pelayanan Yang Berhikmat, sehingga hasilnya bisa lebih bermanfaat, baik itu untuk diri sendiri maupun bagi yang dilayani. Kuncinya adalah mohon hikmat dari Roh Kudus. Dengan bantuan Roh Kudus, kita bisa disiplin diri, melayani dengan hati dan semangat, walaupun di saat kita sedang ingin menikmati Me Time.