Renungan Harian

Renungan Harian 31 Januari 2025

Bacaan Liturgis – PW Santo Yohanes Bosko, Imam, Jumat, 31 Januari 2025

  • Bacaan Pertama: Ibrani 10:32-39

  • Mazmur Tanggapan: Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-6.23-24.39-40

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 4:26-34

Renungan Singkat : Kesabaran Yesus

Saudara-saudari umat beriman, seorang petani dikenal karena kesabarannya. Pagi hari ia pergi ke sawah sembari membawa cangkul dan sabit. Sore hari ia pulang tanpa membawa apa-apa selain cangkul dan sabit. Demikian dia melakukannya setiap hari. Dengan penuh kesabaran dia menantikan hasil kerjanya di sawah. Setelah sekian bulan bekerja mengolah sawah, akhirnya ia pulang dari sawah sambil membawa hasil panenannya.

Dalam diri seorang petani, terpancar semangat bersabar dalam menantikan hasil kerjanya. Rasul Yakobus memahami betul semangat kesabaran seorang petani. Dia menulis, “Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi” (Yak 5:7b). Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang perlu dilatih dan dimiliki bukan hanya oleh para petani tetapi juga oleh setiap orang beriman.

Para saudara, pengajaran tentang Kerajaan Allah sebenarnya merupakan hal yang tidak gampang untuk dipahami oleh otak manusia. Sungguh tidak gampang! Oleh karena itu, Yesus sering menggunakan perumpamaan dengan bahasa pertanian dalam menjelaskan tentang Kerajaan Allah.

Seperti dalam Injil hari ini Yesus berkata, “Beginilah halnya Kerajaan Allah: Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu! Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba” (Mrk 4:26-29).

Dari menabur benih hingga waktu menuai, diperlukan waktu yang cukup lama. Selama masa menunggu itulah diperlukan kesabaran dari sang petani.

Dalam kenyataannya, kesabaran adalah sebuah keutamaan yang tidak dengan sendirinya dimiliki oleh setiap orang. Sebab, orang perlu mencari dan mengusahakannya agar memilikinya dalam hidup. Bagaimana mencarinya? Santo Tomas Aquinas, seorang imam Dominikan asal Italia, yang hidup tahun 1225-1274, tahu jawabannya.

Sang teolog ulung dan Pujangga Gereja ini berkata, “Jika kamu mencari kesabaran, kamu akan menemukannya dalam bentuk yang paling tinggi di salib. Kebesaran kesabaran diukur dengan dua hal: Jika orang menderita apa yang menyakitkan dengan sabar; atau jika ia menderita sengsara yang dapat dihindari, tetapi tidak dihindarinya. Kristus menderita berat dengan sabar di salib: Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam; bagaikan anak domba yang dituntun ke pembantaian Ia tidak membuka mulutnya. Lihat betapa besar kesabaran Kristus di salib.”

Saudara-saudari, Yesus, Sang Guru, seperti Dia nyatakan di salib, begitu sabar kepada kita, para murid-Nya. Kesabaran Yesus tak terbatas. Sebaliknya, jikalau kita memiliki kesabaran, kita mengukurnya dalam batas tertentu. Ukuran itulah yang membatasi kesabaran kita. Ukuran itulah yang membuat kita menjadi orang yang tidak sabar. Untuk itu, kita perlu melatih; melatih diri untuk tidak membatasi menurut ukuran sendiri. Dan untuk melatih diri, diperlukan ketekunan.

Menurut penulis surat kepada orang Ibrani, kepercayaan perlu dihidupi dengan tekun. Sebab itu ia berkata, “Kamu sungguh memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu” (Ibr 10:36). Sejatinya bukan hanya dalam hal kepercayaan kita memerlukan ketekunan tetapi juga dalam hal-hal lain, termasuk dalam hal kesabaran.

Santo Yohanes Bosko yang dirayakan peringatannya hari ini adalah seorang imam yang sangat dekat dengan anak-anak muda. Siapa pun tahu bahwa mendampingi dan menghadapi anak-anak remaja dan muda tidaklah gampang. Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran. Itulah yang juga dilakukan oleh Santo Yohanes Bosko.

Dalam sebuah suratnya Santo Yohanes Bosko mengatakan, “Anak-anakku, betapa kerapnya selama masa kerjaku yang lama kenyataan dasar ini setiap kali saya sadari: Lebih mudah orang menjadi marah daripada tetap sabar, mengancam seorang anak daripada menyadarkannya. Aku malahan mau berkata, bahwa biasanya lebih enak bagi kita yang tidak sabar dan sombong untuk menghukum mereka daripada memperbaiki mereka secara sabar dengan ketegasan dan kelembutan.”

Para saudara yang dikasihi Tuhan, Santo Yohanes Bosko adalah seorang inspirator, bagaimana kita hidup, bekerja dan melayani dengan keutamaan kesabaran. Dalam kesabaran, Kerajaan Allah hadir. Maka, mari kita belajar dari kesabaran Santo Tomas Aquinas, Santo Yohanes Bosko dan terutama dari kesabaran Yesus, Sang Guru.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]