Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XI, Kamis, 19 Juni 2025
Bacaan Pertama: 2 Korintus 11:1-11
Mazmur Tanggapan: Adil dan benarlah karya tangan-Mu, ya Tuhan.
Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2.3-4.7-8
Bait Pengantar Injil: Alleluya. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak. Dalam roh itu kata akan berseru, ”Abba, ya Bapa.” Alleluya.
Bacaan Injil: Matius 6:7-15
Renungan Singkat : BAPA YANG MEMELIHARA
Yesus memberikan sebuah doa kepada kita yaitu Doa Bapa Kami. Yesus hendak mengundang supaya kita menyebut Tuhan sebagai Bapa. Sebutan yang sangat kaya dengan makna rohani. Tuhan sebagai Bapa hendak mengingatkan kita kembali akan kedekatan antara Tuhan dengan kita, umat-Nya. Ia adalah Pribadi seorang Bapa yang memelihara hidup anak-anak-Nya dalam perutusan di tengah dunia ini. Sebagai Bapa, Tuhan tidak mengabaikan hidup kita. Ia memelihara bahkan menjamin hidup kita. Yang Dia minta dari kita ialah supaya pikiran dan hati tetap terbuka untuk dibimbing oleh-Nya; untuk mendengarkan, mengenali-Nya dan mengikuti suara-Nya. Dalam terang kedekatan inilah, kita dapat mengerti nasihat Yesus hari ini supaya kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Ia bersabda, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan” (Mat.6:7). Tuhan menghendaki kita memperlakukan Dia sebagai seorang Bapa yang mengerti; Dia yang jauh lebih mengerti daripada kita memahami diri sendiri. Kita hanya perlu mengungkapkan seluruh isi pikiran dan hati kita kepada-Nya. Kita tidak perlu seolah-olah memperlakukan Tuhan sebagai pribadi yang tidak mengerti apa-apa tentang hidup kita. Dalam hal ini, kita hendaknya selalu mengingat betapa pentingnya iman dalam tindakan doa. Imanlah yang harus mendasari setiap doa. Iman yang dimaksud di sini adalah kepercayaan kita akan hadir-Nya Tuhan dalam doa. Tuhan yang mengasihi kita dan peduli dengan setiap seruan hati yang kita panjatkan dalam doa.

Lalu, bagaimana sikap kita seharusnya sebagai orang yang memperlakukan Tuhan sebagai Bapa? Pertama-tama, kita memohonkan datangnya kerajaan-Nya di antara kita yaitu bila kehendak Tuhan merajai pikiran dan hati kita bersama. Kita hidup sejatinya bukan untuk melakukan keinginan kita, tetapi kehendak Tuhan. Maka, dalam doa hendaknya perlu juga belajar untuk melampaui kecenderungan untuk memohonkan keinginan kita. Di atas segala keinginan, kita hendaknya berani berseru seperti Bunda Maria, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Kedua, kita hendaknya memohon supaya Tuhan menganugerahkan makanan secukupnya. Ugahari adalah salah satu keutamaan orang yang beriman. Mengapa Yesus mengajarkan ugahari? Bukankah kita boleh meminta rejeki yang berlimpah ruah? Karena Yesus ingin kita hidup sebagai orang yang percaya. Jika kita percaya Tuhan adalah Bapa yang baik; yang memelihara hidup umat-Nya, maka kita mestinya juga percaya akan rejeki yang secukupnya. Ugahari membuat kita tahu batas. Kita tidak ambisius; kita tidak rakus; kita punya rasa peduli kepada sesama terutama saudara-saudara kita yang lemah, miskin dan tak berdaya. Kita ugahari karena percaya pada kasih Tuhan. Ketiga, kita hendaknya berusaha hidup dalam semangat pengampunan. Yesus bersabda, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat.6:12; 14-15).
Akhirnya, sebagai seorang anak di hadapan Bapa yang baik, kita hendaknya hidup dalam semangat pengampunan. Kita perlu berusaha sungguh-sungguh untuk rekonsiliasi. Hidup bersama orang lain pasti ada konflik yang bisa menimbulkan sakit hati dan membuat jarak di antara kita. Yesus hari ini mengundang kita untuk memulihkannya dengan rekonsiliasi. Semoga kita semakin bertumbuh dalam iman karena dijiwai oleh doa yang diajarkan oleh Yesus kepada kita yaitu Doa Bapa Kami.
Tuhan memberkati, amin.
[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]