Renungan Harian

Renungan Harian 24 Januari 2023

Bacaan Liturgis - Hari Biasa Pekan Biasa III, Peringatan Wajib Santo Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia Untuk Persatuan Umat Kristiani, Selasa, 24 Januari 2023

  • Bacaan Pertama: Ibrani 10:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Ya Tuhan, kini aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mazmur 40:2.4ab.7-8a.10.11

  • Bait Pengantar Injil: Terpujilah Engkau, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 3:31-35

Renungan Singkat - Saudara-Saudara Yesus

Yesus mengajar tentang menjadi saudara dalam kasih kepada kita. Saudara (Yun: Adelphos, adelphe) secara harafiah orang yang serahim, yang lahir dari Rahim ibu yang sama. Dalam arti luas, saudara ialah anggota-anggota sekeluarga, sesuku, sebangsa, berlainan dengan orang asing. Dalam arti metaforis, saudara ialah insan-insan yang terkait satu sama lain secara spiritual karena simpati, perjanjian, iman akan Allah Israel atau Yesus Kristus penyelamat. Dalam Injil hari ini, Yesus menyebut saudara-saudara-Nya mereka yang melakukan kehendak Bapa. Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku (Mrk.3:34-35). Ungkapan saudara-saudara yang diucapkan oleh Yesus belum tentu berarti saudara menurut daging. Hal ini bisa kita mengerti bila mengingat bahwa di Timur, kata saudara dapat merujuk pada orang yang bersanak tetapi tidak seibu. Yesus hendak mengajak kita untuk melihat persaudaraan kita pada level yang mendalam yaitu saudara karena hidup kasih-Nya.

Dalam keluarga Allah, Yesus menjadi anak sulung. Bagi Yesus, kita semua menjadi saudara bila hidup dijiwai semangat persaudaraan dalam kasih-Nya. Nilai persaudaraan kita dalam kasih Yesus tidak dikurangi oleh hadirnya oknum tertentu yang belum mampu menjadi saudara atau saudara palsu. Persaudaraan kita terbuka terhadap semua manusia yang dapat lahir kembali oleh Sabda Allah dan Roh Kudus.Persaudaraan semcam ini melampaui dirinya sebagai hanya organisasi semata, tetapi menjadi persekutuan iman yang memungkinkan sesama bertumbuh dalam iman akan Yesus dan ajaran-Nya.

Paus Fransiskus dalam ensikliknya Fratelli Tutti (Semua Bersaudara) pada 4 Oktober 2020 mengajak kita semua memahami panggilan kita sebagai saudara-saudara Yesus yang sejati. Bagi beliau, persaudaraan menjadi mutlak dalam hidup kita. Kita harus memilih menjadi saudara atau hidup kita menjadi ancaman bagi sesama. Kita dipanggil untuk peduli dengan sekitar. Kita tidak boleh bersikap apatis, sebaliknya harus bertanggungjawab atas keselamatan sekitar. Tidak ada waktu untuk ketidakpedulian, demikian tegas beliau untuk menekankan betapa urgensinya menjadi saudara di tengah dunia yang penuh kompetisi ini. Persaudaraan berarti tangan yang terulur, memberi hormat, mendengarkan dengan hati yang terbuka, teguh dengan keyakinan sendiri, tidak akanada persaudaraan sejati bila keyakinan seseorang dinegosiasikan. Persaudaraan melampaui perbedaan yang ada menuju nilai yang satu yaitu kebaikan dan keselamatan sesama. Kita berbeda budaya dan tradisi tetapi lahir dari Allah Bapa yang sama. Perbedaan bukan untuk dipersoalan tetapi dihormati dan dijunjung. Tentu bukan hanya perbedaan budaya dan tradisi. Kita perlu juga belajar menerima perbedaan kedewasaan hidup beriman dengan sesama. Bisa saja kita sedang berada dalam kondisi lebih baik hidupnya dari sesama, tetapi bisa juga kita lebih berdosa daripada mereka.

Hari ini, kita diundang untuk terus melanjutkan semangat persaudaraan. Jadilah saudara dimana, kapan dan dengan siapapun! Mari kita juga bersyukur bahwa selama ini telah boleh berusaha menjadi saudara walaupun masih dalam bobot yang kecil dan sederhana. Kesaksian hidup kita sebagai saudara sangat berharga di mata manusia dan berkenan bagi Allah. Perbedaan apapun kiranya tidak menghalangi kita menjadi saudara. Yesus telah lebih dahulu menjadi saudara bagi kita walaupun tidak pantas bagi-Nya. Beranikah kita meneladan kebaikan Kasih-Nya? Santo Fransiskus de Sales dikenal sebagai seorang Uskup yang bijaksana, ramah dan sangat menyayangi umat. Sifat ini yang membuatnya mampu mempertobatkan banyak orang. Tentang sifatnya, Fransiskus berkata:  Jika ada sesuatu yang lebih mulia dari kelemah lembutan dan kerendahan hati, tentunya Tuhan sudah mengajarkan hal itu kepada kita. Tetapi Tuhan justru mengajarkan kepada kita kedua hal ini, yakni kelembutan dan kerendahan hati. Santo Fransiskus de Sales, doakanlah kami! Tuhan memberkati. [RP Manaek Sinaga, O.Carm]