Bacaan Liturgis – PW Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan, Sabtu, 21 Juni 2025
Bacaan Pertama: 2 Korintus 12:1-10
Mazmur Tanggapan: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.
Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 34:8-9.10-11.12-13
Bait Pengantar Injil: Alleluya. Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, agar berkat kemiskinan-Nya, kalian menjadi kaya. Alleluya.
Bacaan Injil: Matius 6:24-34
Renungan Singkat : MENGABDI ALLAH
Hari ini, kita bersama seluruh Gereja memperingati Santo Aloysius Gonzaga, seorang biarawan dan Pengaku iman. Ia sering dipanggil dengan nama Luigi. Ia lahir di Castiglioni delle Stiviert, Italia Utara pada 9 Maret 1568 dari tengah keluarga bangsawan berkuasa dan kaya. Ia memutuskan untuk mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan ketika ia tinggal di istana. Pada waktu itu, ia melihat betapa buruknya moral banyak orang di sana. Kemudian dia masuk dalam Serikat Yesus. Ayahnya menolak keras, sebab ia berharap Aloysius nantinya akan menjadi ahli waris kekayaan keluarganya. Namun Aloysius tetap melanjutkan persembahan dirinya kepada Tuhan. Santo Aloysius adalah seorang yang dikaruniai Tuhan kecemerlangan akal budi yang baik dan moral yang patut diteladani. Ia dapat menjalani proses formasionya dengan tepat waktu. Pada usia 23 tahun, ia mengikrarkan kaul dalam Serikat Yesus. Setelah itu, ia aktif melayani orang-orang korban wabah pes di Roma. Ia sendiri juga akhirnya menjadi korban penyakit itu. Ia meninggal pada 21 Juni 1591.

Kekudusan hidup Santo Aloysius Gonzaga menjadi inspirasi iman kita. Keteladanan hidupnya menegaskan kebenaran Sabda Tuhan hari ini. Yesus bersabda, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat.6:24). Allah dan Mamon adalah dua hal yang berbeda dan selalu hadir dalam hidup kita. Kita diminta untuk membuat pilihan yang terbaik. Santo Aloysius memilih yang terbaik; ia memilih Allah di atas segala-galanya. Yesus melalui perikop Injil hari ini mengajak kita untuk menemukan dasar pemilihan kita akan Allah itu secara lebih mendalam. Dasarnya ialah, Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, bahkan sebelum kita mengasihi Dia (bdk. 1 Yoh. 4:19). Ia telah memelihara hidup kita dengan sedemikian rupa. Kasih Allah yang mengagumkan menjadi dasar bagi kita untuk senantiasa hidup dalam Dia, bukan dalam Mamon apapun bentuknya. Maka, Yesus mengundang kita supaya tidak hidup dalam kekuatiran bahkan ketakutan, sebab kasih Tuhan akan senantiasa memelihara umat-Nya. Burung-burung di langit dan tanaman di ladang terus bertumbuh karena dipelihara oleh Allah. Bukankah kita melebihi semua itu? Hari ini, Yesus mengundang kita supaya tidak kuatir dalam hidup sebab tidak ada seorangpun yang karena kekuatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya (Mat.6:27).
Mengapa orang terjerat dengan Mamon? Karena orang merasa tidak mendapat jaminan hidup dalam Allah. Ia melihat bahwa Mamon dalam berbagai bentuknya seolah-olah dapat menawarkan secara instant yang menjadi kebutuhannya. Ia mendasarkan hidupnya pada kekuatan Mamon. Biasanya, orang semacam ini adalah orang-orang yang egois; ia hanya mementingnya dirinya sendiri; ia mengukur semua kebenaran hidup bahkan Allah dari kebutuhannya sendiri. Dia lupa bahwa sebesar apapun kekuatan Mamon tidak akan pernah melebihi kuasa Allah dalam hidup kita. Lalu, apa yang dapat kita lakukan hari ini? Mari kita menyadari bahwa hanya kuasa Allah yang dapat menopang hidup kita dengan kokoh. Allah dalam diri Yesus Kristus menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup bagi kita semua. Dalam Dia, kita menemukan jalan; hidup dalam kebenaran yang sejati dan tentunya hidup yang kekal bersama Dia dalam surga. Akhirnya, mari kita tetap bersikap rendah hati dalam hidup; mengabdi Allah senantiasa. Santo Aloysius Gonzaga pernah berkata, “Lebih baik kita menjadi anak di hadapan Allah daripada Raja bagi dunia ini.” Semoga kita tetap menjadi anak yang baik bagi Allah dalam setiap pekerjaan dan pelayanan.
Tuhan memberkati, amin.
[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]