Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXI, Jumat, 30 Agustus 2024
Bacaan Pertama: 1 Korintus 1:17-25
Mazmur Tanggapan: Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan.
Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2.4-5.10ab.11
Ayat Bait Pengantar Injil: Berjaga-jagalah dan berdoalah selalu, agar kalian layak berdiri di hadapan Anak Manusia. Alleluya.
Bacaan Injil: Matius 25:1-13
Renungan Singkat : BERJAGA-JAGA
Hidup harus berjaga-jaga. Alasan sederhana di balik ini adalah kita tidak tahu sepenuhnya apa yang akan terjadi. Kemampuan pikiran kita terbatas untuk mengantisipasi semua hal. Sebagai orang beriman, kita harus berjaga-jaga, sebab kita tidak tahu waktu-Nya Tuhan atas hidup kita. Yesus hari ini memberikan perumpamaan tentang kerajaan sorga dengan sepuluh gadis; lima perempuan bodoh dan lima bijaksana. Mereka menyongsong mempelai laki-laki. Yang bodoh membawa pelita tetapi tidak membawa minyak. Sedangkan yang bijaksana membawa pelita dan minyak dalam buli-buli mereka. Perlu kita pahami, kata bodoh di perikop Injil ini sama dengan dalam bab 5:22 yang searti dengan dungu (Yunani=moros). Dalam terjemahan baru diterjemahkan dengan jahil. Kata bodoh ini tidak hanya mengacu pada orang yang kurang secara intelegen, tetapi juga orang fasik yang menentang hukum Allah, bahkan dia berani berkata bahwa Allah tidak ada. Yesus menegur orang bodoh seperti ini. Mereka mendengarkan Dia, tetapi tidak melaksanakan Sabda-Nya (Mat.7:24). Bijaksana mengacu pada orang yang memiliki inteligensi. Yesus memuji orang seperti ini. Ia mendengarkan Yesus dan melaksanakan Sabda-Nya (Mat.7:24). Ia cerdas secara manusiawi juga memahami misteri Allah pula. Perempuan yang bodoh ini bukan hanya lupa tidak membawa minyak, tetapi dengan sengaja tidak membawanya. Sikap spiritualnya buruk. Mereka sudah menutup hati pada kedatangan mempelai.
Berjaga-jaga itu adalah bagian sikap orang beriman. Orang seringkali kurang tepat memahami ajaran Yesus tentang ini. Berjaga-jaga dipahami sebagai takut akan hari Tuhan. Bukan demikian! Kita melakukannya justru karena percaya bahwa Dia akan datang pada waktunya. Kita ingin supaya pada saat Tuhan datang, kita didapati sebagai hamba yang setia; hamba yang siap sedia menyambut kedatangan-Nya. Dengan kata lain, orang yang berjaga-jaga adalah dia yang hidup dalam iman. Ia memaksimalkan seluruh pikiran dan hatinya mempersiapkan diri buat Tuhan yang dikasihinya. Kita bisa saja tertidur karena lelah menantikan kedatangan Tuhan itu, tetapi ketika terjaga kita terdapat sebagai orang yang sudah mempersiapkan diri. Hal ini berbeda dengan orang bodoh yang tidak menyiapkan apapun.
Akhir-akhir ini, pikiran kita disibukkan dengan berbagai informasi yang dapat menimbulkan ketakutan dalam diri banyak orang. BMKG menyampaikan secara publik bahwa akan terjadi Megathrust. Gampa yang dapat memicu gelombang tsunami yang besar. Bahkan menyebut nama beberapa kota yang akan terdampak. Demikian juga dengan kondisi demokrasi di negeri tercinta ini. Demonstrasi yang terjadi beberapa hari lalu menolak rencana revisi UU Pilkada di depan Gedung DPR RI memberi peringatan kepada publik bahwa demokrasi sedang dalam kondisi darurat. Dan tentu masih banyak informasi lain.
Apa yang dapat kita buat? Hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Dalam Dia, kita dapat berharap sepenuhnya, bahkan di tengah situasi yang tidak memungkinkan untuk berharap sekalipun. Mari kita membina hubungan yang hidup dengan Dia. Pikiran dan hati hendaknya selalu terpaut kepada-Nya. Kita tidak boleh panik dan hidup dalam ketakutan. Tuhan menghendaki kita hidup dalam semangat berjaga-jaga. Mari kita bekerja dan melayani satu sama lain dalam cinta kasih. Tetap rendah hati. Itulah sikap orang beriman. Santo Paulus berkata, “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (1 Kor 1:23-25). Tuhan memberkati. Amin.
[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]