Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XX, Jumat, 23 Agustus 2024
Bacaan Pertama: Nubuat Yehezkiel 37:1-14
Mazmur Tanggapan: Bersyukurlah kepada Tuhan sebab kekal abadi kasih setia-Nya.
Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 107:2-3.4-5.6-7.8-9
Ayat Bait Pengantar Injil: Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar. Alleluya.
Bacaan Injil: Matius 22:34-40
Renungan Singkat : BERTUMBUH DALAM KASIH
Ajaran Yesus sungguh mengagumkan. Ia mengajarkan kepada kita tentang kasih. Bahkan kasih menjadi hukum yang pertama dan utama. Yesus bersabda, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat.22:37). Kasih itu lebih dari kata-kata belaka, bukan pengakuan verbal belaka. Kasih yang dikehendaki Yesus ialah persembahan diri secara penuh kepada Tuhan. Orang menaruh hormat dan harapan sepenuhnya kepada-Nya. Segenap hati, jiwa dan akal budi adalah penegasan bahwa mengasihi Tuhan tidak setengah hati, tetapi penuh. Sekali kita memutuskan untuk mengasihi Dia, selamanya kita hidup dalam kasih kepada-Nya. Pada saat yang sama, Yesus mengajarkan kepada kita supaya menaruh kasih yang sama kepada sesama. Ia bersabda, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ay 39). Kasih yang penuh kepada Tuhan menjiwai kasih kita. Bagi Yesus, kasih itu tidak boleh timpang. Kasih kepada-Nya tidak boleh membuat hati kita menjadi bias terhadap orang lain.
Kita harus bersyukur bisa mengimani Yesus, Sang Raja Kasih. Ia dan seluruh hidup-Nya menjadi teladan kita dalam menaruh kasih kepada Tuhan dan sesama. Itulah sebabnya, Rasul Yohanes berkata, “Marilah kita saling mengasihi sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh.4:7-8). Yesus datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya tetapi kehendak Bapa. Ia taat pada kehendak Bapa. Ia datang ke tengah dunia ini untuk mengasihi bukan menghakimi. Hanya dalam kasih-Nya kita memperoleh kesempatan untuk dipulihkan dari dosa-dosa kita, didamaikan dengan-Nya, dengan sesama dan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, dalam Dia, kita bertumbuh dalam kasih. Ia tidak berkenan dengan dosa, tetapi Ia menyambut mereka yang berdosa. Mengapa? Karena bagi Yesus pengampunan itu membebaskan dan mempertobatkan hati. Pada malam perjamuan terakhir bersama para murid, Yesus makan bersama dengan mereka dan membasuh kaki para murid-Nya. Mereka heran terutama Petrus. Tetapi Yesus sedang meneladankan semangat kasih satu sama lain; kasih yang menghasilkan semangat pelayanan. Ketika hati dipenuhi kasih maka kita akan terdorong untuk melayani.
Mari kita pergi membagikan kasih. Dimana ada kasih, di situ ada hidup yang lebih layak untuk dihidupi. Dimana ada kasih, di situ ada kesatuan pikiran dan hati, di situ ada pertumbuhan rohani dan jasmani. Mari kita selalu ingat nasihat St Paulus ini, “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Kor.13:4-7). Tuhan memberkati.
[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]