Renungan Harian

Renungan Harian 11 April 2024

Bacaan Liturgis – PW Santo Stanislaus, Uskup dan Martir, Kamis, 11 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 5:27-33

  • Mazmur Tanggapan: Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 34:2.9.17-18.19-20

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Karena telah melihat Aku, engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 3:31-36

Renungan Singkat : Percaya kepada Anak

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita merayakan peringatan wajib Santo Stanislaus, Uskup dan martir. Ia lahir di Szczepanow, Polandia Selatan, pada 26 Juli 1030. Ketika dewasa, ia belajar di sekolah katedral di Gniezno, Polandia Barat, lalu ke Paris, Perancis. Sesudah orangtuanya meninggal, sebagai anak tunggal ia memberikan semua harta milik yang diwariskan orangtuanya kepada para fakir miskin.

Sejak kecil, cita-citanya hanya satu, yakni menjadi abdi Allah dan hidup sebagai seorang rahib. Maka, setelah menyelesaikan pendidikan calon imam di Gniezno, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Kraków, Msgr. Lambert Sula. Kehidupannya sebagai imam dijalani dengan setia dan penuh perhatian pada mereka yang tersingkirkan.

Tahun 1072, ketika uskup setempat meninggal dunia, atas restu Paus Aleksander II (1061-1073) Romo Stanislaus terpilih menjadi Uskup Kraków. Uskup Stanislaus sangat dicintai umat karena hidup dan kesuciannya. Mereka sangat menghargai cara dia memberikan perhatian kepada kaum miskin. Tutur katanya lembut dan penuh kasih, tidak kasar dan emosional. Sering kali dia sendiri turun tangan melayani mereka. Hidupnya sederhana dan bersahaja. Ia sering memberikan apa yang dimilikinya kepada mereka yang kelaparan dan membutuhkan pertolongan.

Uskup Stanislaus meninggal sebagai martir karena dibunuh oleh Raja Boleslaus II (1058-1079) yang sakit hati karena pernah ditegur oleh Uskup Stanis gegara perbuatan buruk yang dilakukannya. Pembunuhan dilakukan saat uskup Stanis sedang mempersembahkan Misa di Skalka, sebuah kapel dekat Kraków, pada 11 April 1079. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius IV pada 17 September 1253 di Assisi. Peringatannya dirayakan setiap tanggal 11 April, hari kemartirannya.

Kemartiran Santo Stanislaus menunjukkan bahwa cinta dan ketaatan kepada kebenaran mesti dijunjung tinggi. Demikian juga cinta dan ketaatan kepada Tuhan Yesus diutamakan di atas segalanya. Hal ini ditunjukkan juga oleh Petrus dan para rasul yang lain saat berkata kepada Imam Besar, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus yang baru kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa” (Kis 5:29-31).

Saudara-saudara, umat beriman yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Dia, cinta dan ketaatan kepada Yesus mestinya juga ditunjukkan oleh setiap orang yang telah percaya kepada-Nya sebagai Pemimpin kepada hidup dan Juruselamat. Itulah sebabnya, dalam Injil hari ini kita mendengar kata-kata Yesus, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal; tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh 3 36).

Kalau Yesus saja “sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr 5:8-9), maka kita pun juga mesti belajar taat kepada-Nya. Dengan taat kepada-Nya selaku Anak, kita menempatkan Yesus sebagai pokok keselamatan yang abadi; dan dengan menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan abadi, kita dapat memberikan kesaksian sebagai orang-orang yang percaya kepada Anak. Percaya kepada Anak dan taat kepada-Nya adalah kunci untuk beroleh hidup yang kekal.

Saudara-saudara sekalian, mari kita mohon rahmat Allah agar kita senantiasa percaya kepada Anak dan taat kepada-Nya sebagai Sang Kebenaran hingga napas terakhir hidup kita seperti ditunjukkan oleh martir kita, Santo Stanislaus.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]