Renungan Harian

Renungan Harian 03 Desember 2023

Bacaan Liturgis – Hari Minggu Adven I, 03 Desember 2023

  • Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 63:16b-17 ; 64:1.3b-8

  • Mazmur Tanggapan: Ya Allah pulihkanlah kami, buatlah wajahmu bersinar, maka selamatlah kami.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19

  • Bacaan Kedua: 1 Korintus 1:3-9

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan, dan berikanlah kepada kami keselamatan yang dari pada-Mu. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 13:33-37

Renungan Singkat : MENANTI TUHAN DENGAN CINTA

Hari ini, kita mengawali masa penantian akan kedatangan Yesus Kristus ke dunia. Kita merayakan Minggu Adven I. Katekismus Gereja Katolik artikel 524 menegaskan bahwa dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias. Umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang cukup menjelang kedatangan pertama Sang Penebus dan membaharui didalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (Why 22:17). Masa penantian biasanya diisi dengan berbagai permenungan di lingkungan bersama umat beriman. Keuskupan Agung Jakarta mengisi masa Adven tahun 2023 dengan menetapkan Tahun Keluarga. Umat diajak untuk merenungkan tema Solidaritas adalah Cinta.

Minggu pertama, umat diajak untuk merenungkan betapa Allah sungguh solider dengan kita manusia. Solidaritas Allah menjadi dasar panggilan kita untuk solider dengan sesama. Ia mendatangi umat manusia bukan hanya sebagai seorang Raja yang penuh dengan kekuasaan, tetapi juga dengan pengosongan diri. Allah itu kita temukan di tengah keluarga. Dalam Minggu kedua, umat beriman diajak untuk merenungkan wujud solidaritas yang kita temukan dalam keluarga baik dalam relasi dengan sesama yang seiman maupun tidak seiman. Minggu ketiga, umat beriman merenungkan bentuk cinta keluarga yang menjadi bentuk solidaritas secara nyata. Solider bukan hanya mengerti dengan akal budi, tetapi terutama secara nyata solider dengan sesama. Minggu keempat, umat beriman merenungkan Tuhan Yesus yang menjadi manusia. ia mendatangi kita bukan hanya dengan kata-kata kosong. Ia sungguh mencintai kita secara nyata. Firman menjadi daging. Natal adalah solidaritas tertinggi Allah bagi kita manusia. Solidaritas adalah cinta harus menghantar kita pada kesadaran iman bahwa kita yang kuat harus menopang mereka yang lemah. Dengan semangat itu kita mampu membangun komunitas beriman yang solid, kokoh dan berbuah.

Bacaan-bacaan suci hari ini mengundang kita untuk menanti Tuhan dengan cinta. Penantian semacam ini haruslah diawali dengan semangat pertobatan. Cinta sejati tampak nyata dalam pertobatan. Ada perubahan pikiran dan hati. Memutuskan untuk mencinta tetapi tidak mengubah sikap itu adalah kemunafikan. Nabi Yesaya menyadari urgensinya semangat tobat di hadapan Tuhan. Memang, selama ini mereka telah berlaku jahat di hadapan-Nya. Hati mereka tegar, tengkuk mereka memberontak. Hidup mereka seperti orang najis dan segala kesalehan mereka seperti kain kotor. Allah menyembunyikan wajah kejahatan mereka. Nabi Yesaya memohon supaya Allah memalingkan wajah-Nya kepada mereka dan menerima pertobatan mereka. Tepat sekali nyanyian mazmur ini, “Ya Allah pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar maka selamatlah kami” (Mzm.80). Penantian cinta adalah pertobatan pikiran dan hati.

Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini mewartakan kepada kita bahwa Yesus Kristus adalah kepenuhan hidup kita. Dalam Dia, kita menjadi kaya dalam segala hal yaitu perkataan dan pengetahuan (1 Kor.1:5). Hidup kita menjadi sempurna hanya di dalam Dia, sebab tidak ada pengetahuan yang lebih sempurna selain mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Maka pertobatan kita pun harus selalu kembali pada Yesus. Apapun bentuk pertobatan yang kita tekuni harus menghantar kita pada persekutuan dengan Dia.

Akhirnya, mari kita tekun melakukan latihan rohani agar kita semakin mampu memulihkan relasi yang baik dan intens dengan Yesus Kristus. Dosa sekecil apapun membuat kita semakin jauh dari Dia. Sebaliknya, pertobatan sekecil apapun mengubah dan mendekatkan hati kepada Dia. Pertobatan itu bisa kita wujudkan dengan cara berdoa, berbagi (solider dengan sesama) dan berpuasa.

Tuhan memberkati.

RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm