Renungan Harian

Renungan Harian 23 April 2025

Bacaan Liturgis – Oktaf Paskah, Rabu, 23 April 2025

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 3:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 24:13-35

Renungan Singkat : BERJALAN BERSAMA YESUS

Perutusan kita di tengah dunia ini adalah perjalanan bersama Yesus Kristus. Kita hendaknya menyadari kehadiran-Nya dan memastikan kita berjalan dalam terang Sabda-Nya. Pengalaman dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus menunjukkan kebenaran ini kepada kita. Singkatnya, mereka berjalan sambil bercakap-cakap tentang peristiwa sengsara dan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Pada saat itu, Ia datang menyertai mereka bahkan menyapa, tetapi mereka tidak mendengar-Nya. Mereka mengabaikan-Nya. Itulah sebabnya, Yesus menegur mereka dengan keras, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Luk.24:25-26). Bagi Yesus, para murid ini terlalu lamban untuk mengerti semua peristiwa itu. Yesus telah berulangkali mengajar mereka dan mewartakan kebenaran itu kepada banyak orang. Bahkan, banyak orang telah percaya tetapi justru mereka belum mengerti. Memang, untuk mengerti kebenaran iman yang agung ini membutuhkan rahmat yang besar; membutuhkan hati yang terbuka.

Seperti para murid, kita juga seringkali terlalu lamban untuk mengerti rencana Tuhan di dalam hidup. Kita membutuhkan rahmat untuk menyadari sungguh-sungguh hadir-Nya Tuhan dalam peristiwa hidup yang kurang menguntungkan. Kita butuh rahmat untuk tetap melihat dan Tuhan dalam penderitaan, kegagalan dan bahkan kematian orang-orang yang kita kasihi. Kita butuh rahmat Tuhan menyikapi perlakuan-perlakuan tidak adil dalam hidup di tengah masyarakat. Kebenaran yang dibawa oleh Yesus memang hanya dapat diterima oleh pikiran dan hati yang baik dan benar. Kebenaran itu melampaui cara-cara berpikir picik dunia ini; melampaui mentalitas dunia ini yang cenderung mengagungkan kesenangan, keberhasilan, kesuksesan dan kesejahteraan materi. Di tengah hiruk pikuk dunia, Yesus mewartakan salib sebagai jalan kebenaran dan kehidupan. Para murid tidak mampu melihat dan menyadari hadir-Nya karena masih terbelenggu dengan berbagai pertanyaan seputar Yesus menderita, sengsara, wafat dan dimakamkan bahkan jenazah-Nya hilang dari kubur. Semua pertanyaan itu menghilangkan kesempatan indah bersama Yesus di perjalanan.

Tetapi setelah Yesus Kristus menjelaskan kitab Musa sampai kitab Nabi-Nabi, pikiran kedua murid tampaknya mulai terbuka dan mengerti hadir-Nya di antara mereka. Mereka meminta supaya Ia tinggal bersama. Waktu Yesus duduk makan bersama mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka (ay 29-31). Itulah sebabnya mereka dengan penuh keheranan berkata satu sama lain, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (ay 32).

Seluruh kebenaran hidup kita terangkup secara sempurna dalam Sabda Tuhan. Kebenaran itulah juga yang direfleksikan dan dihayati oleh Gereja dalam Tradisi Suci. Maka, mari kita dengan rendah hati selalu kembali ke Sabda Tuhan; renungkanlah perjalanan hidup kita dalam terang Sabda. Di dalam Sabda-Nya, kita diperkaya sebagai murid-murid Yesus Kristus. Hidup kita semakin berkobar-kobar. Tuhan memberkati, amin.

[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]