Renungan Harian

Renungan Harian 16 Juli 2024

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XV, Selasa, 16 Juli 2024

  • Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 7:1-9

  • Mazmur Tanggapan: Allah menegakkan kota-Nya untuk selama-lamanya.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 48:2-3a.3b-4.5-6.7-8

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Matius 11:20-24

Renungan Singkat : HATI YANG TOBAT

Yesus mengecam kota-kota yang tidak bertobat meskipun di sana Ia telah melakukan banyak mukjizat. Kota-kota itu antara lain Khorazim dan Betsaida (Mat.11:20-21). Khorazim adalah sebuah kota di Galilea pada zaman Perjanjian Baru. Terletak di sebelah Barat Laut Danau Genesaret. Di dalam kitab Perjanjian Baru disebut dua kali. Kota ini dikutuk Yesus karena tidak percaya. Betsaida adalah sebuah kota di Timur Laut Tasik Galilea, tempat Petrus, Andreas, dan Filipus dilahirkan; tempat Yesus memberi makan 5000 orang. Namun, penduduknya tidak mau menerima pesan Yesus (Ay.21). Barangkali kita merasa heran dengan sikap orang-orang ini yang tidak mau percaya walaupun sudah menyaksikan berbagai mukjizat Yesus. Tetapi ini menjadi permenungan bagi kita. Secara sederhana, hati yang bertobat adalah hati yang terus-menerus terbuka kepada Allah dalam diri Yesus Kristus. Seringkali kita menuntut hal-hal yang besar supaya kita percaya. Kita perlu menyadari bahwa untuk percaya kepada Allah itu tidak ditentukan oleh mukjizat. Percaya itu harus menjadi keputusan sejak kita memberikan diri dipersatukan dengan Dia melalui Sakramen Baptis dalam Gereja-Nya yang kudus. Kita harus bersyukur bila mengalami peristiwa luar biasa yang dinyatakan Allah dalam hidup. Pada saat yang sama, kita harus selalu bersyukur juga karena Ia senantiasa menyatakan mukjizat dalam hidup. Bagi orang beriman, kehadiran kita saat ini adalah penyelenggaraan kasih Allah yang mengagumkan bagi kita.

Ketika berdoa kepada Allah Bapa, Yesus bersabda, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh.17:3). Yesus menghendaki supaya kita mengenal Allah pertama-tama dengan hati. Semakin membuka hati kepada-Nya, semakin bertumbuh dan berbuah dalam Dia. Dalam tradisi iman, kita mengenal ungkapan saya mengerti maka saya percaya dan saya percaya maka saya mengerti. Terlepas dari argumentasi yang dapat diajukan, Gereja mengajar bahwa percaya adalah langkah yang utama untuk semakin mengenal Allah dan rencana-Nya dalam hidup. Tentu, kita tidak mengabaikan peranan pengetahuan dalam iman. Pada saat yang sama, iman melampaui pengetahuan akan Allah.

Apa yang membuat hati kita sulit percaya? Jawabannya, dosa. Semakin larut kita dalam perbuatan dosa semakin sulit kita merasakan karya penyelenggaraan Allah. Itulah sebabnya, Gereja selalu mengundang dan menganjurkan supaya umat beriman menerima Sakramen Pengampunan Dosa. Sering umat mengabaikan sakramen ini dengan dalih, kita tetap jatuh dalam dosa, bahkan dosa yang sama. Sebenarnya, justru karena kita rentan terhadap dosa, kita membutuhkan sakramen agung ini, yang memampukan kita memulihkan hubungan yang baik dengan Allah, sesama dan lingkungan sekitar. Kita perlu menyadari bahwa Allah lebih berkenan kepada orang yang hatinya remuk redam daripada hati yang merasa tidak bercela di hadapan-Nya. Salah satu perbuatan mulia orang percaya adalah berdoa terus-menerus. Ia senantiasa mengandalkan kuasa Allah dalam hidup. Doa harus menjadi kekuatan utama kita untuk mengucap syukur, memuji dan menyampaikan permohonan-permohonan kepada Allah. Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Allah atau satu permohonan, yang ditujukan kepada Allah untuk memperoleh hal-hal yang benar, demikian ajaran rohani St Yohanes Damaskus. Amin.

[RP Manaek Martinus Sinaga,O.Carm]