Renungan Harian

Renungan Harian 09 Oktober 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXVII, Kamis, 09 Oktober 2025

  • Bacaan Pertama: Nubuat Maleakhi 3:13 – 4:2a

  • Mazmur Tanggapan: Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-2.3.4.6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Tuhan, bukalah hati kami, supaya kami memperhatikan sabda Anak-Mu. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 11:5-13

Pintu akan Dibukakan bagi Kita yang Mengetuknya

Berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan kepada Tuhan, bagaikan seseorang yang sedang mengetuk pintu. Setiap orang yang mau mengetuk pintu, pasti memiliki kualitas spiritual tertentu di dalam dirinya. Mengetuk pintu itu sebuah gambaran bahwa seseorang memiliki kerendahan hati untuk meminta dibukakan pintu baginya. Dia tidak main kasar atau punya keinginan mendobrak untuk memaksa masuk. Seorang yang mau mengetuk pintu mestinya juga seorang yang memiliki kesabaran untuk menunggu sambil memohon belas kasihan untuk dibukakan pintu.

Begitulah mestinya sikap batin kita kaum beriman yang hendak berdoa kepada Tuhan demi keperluan hidup kita. Kita harus memiliki sikap batin penuh kerendahan hati mengharapkan belas kasih Tuhan bagi hidup kita. Kita juga harus belajar untuk tidak punya kecenderungan untuk ‘mendikte’ dan memaksa Tuhan Allah agar sesuai dengan irama keinginan dan ambisi hidup kita pribadi. Maka diperlukan kesabaran dan kesetiaan untuk menanti jawaban dari Tuhan untuk setiap doa-doa kita.

Kita yakin dan percaya bahwa kita memiliki Allah yang baik dan murah hati. Dia selalu mendengarkan doa kita. Tidak ada doa kita yang tidak didengarkan Tuhan. Dia sangat peduli kepada kita. Akan tetapi kita harus juga menyadari meskipun doa-doa kita selalu didengarkan oleh Tuhan, belum tentu doa kita akan segera dikabulkan atau dibalas oleh Tuhan. Jawaban doa kita dari Tuhan selalu diberikan sesuai dengan situasi batin dan keadaan kita yang paling tepat untuk menerima jawaban pada saat itu juga. Dia tahu apa yang paling baik dan yang paling tepat untuk kita terima sesuai dengan kondisi kekinian hidup kita. Maka mari tetap tidak jemu-jemu berdoa, sebab itu menunjukkan kerendahan hati dan kesetiaan kita untuk selalu berpaut pada-Nya. Serta mari tetap siap sedia menerima jawaban Tuhan, apapun jawaban yang Dia berikan atas doa-doa kita, tanpa mengeluh dan memberontak. Sebab jawaban yang Tuhan berikan adalah jawaban yang paling baik untuk kehidupan kita pada saat itu juga. Hanya pada Tuhan kita bisa berharap sepenuhnya, karena pertolongan sejati selalu ada pada-Nya. Pengharapan kita pada-Nya tidak akan pernah mengecewakan.

[RP Yohanes Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm]