Renungan Harian

Renungan Harian 05 Oktober 2025

Bacaan Liturgis – Hari Minggu Biasa XXVII, 05 Oktober 2025

  • Bacaan Pertama: Nubuat Habakuk 1:2-3; 2:2-4

  • Mazmur Tanggapan: Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 95:1-2.6-9

  • Bacaan Kedua: 2 Timotius 1:6-8.13-14

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya; inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 17:5-10

Memiliki Hati seperti Hamba di Hadapan Tuhan

Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan tentu sangat bergantung kepada Tuhan sebagai Sang awal dan tujuan hidup kita. Hidup kita ini ada karena belas kasih dan kemurahan hati-Nya. Maka tidak mungkin kita ada, hidup dan bergerak kalau tidak Tuhan beri kesempatan kepada kita untuk itu. Maka kita sebagai pribadi yang beriman penuh kepada Tuhan, mestinya harus memiliki hati seperti hamba. Seorang hamba selalu mengabdi kepada tuannya tanpa pretensi apapun selain mau melayani dengan segenap kemampuan yang dia miliki. Yesus selama menjalankan misi-Nya di dunia ini selalu menempatkan diri-Nya sebagai pribadi yang melulu sepenuhnya melaksanakan kehendak Allah Bapa. Dia tidak mencari dan memenuhi kepentingan diri-Nya sendiri tetapi selalu agar rencana Allah Bapa di dunia ini selaras dengan Kerajaan Allah.

Demikian jugalah kiranya kita menempatkan diri kita seperti seorang hamba di hadapan Tuhan. Kita telah ditebus menjadi milik Tuhan sendiri dan memberikan kita kesempatan hadir di dunia ini dan menikmati segala kehidupan yang Tuhan tawarkan. Maka kita menjadi sadar, betapa hidup ini memiliki makna. Betapa hidup ini sebuah hadiah yang tak ternilai harganya dari Tuhan. Maka dengan memahami kedirian hidup kita yang seperti ini hendaknya menghantar kita kepada suatu kesadaran bahwa kita telah ‘berutang banyak’ kepada Tuhan atas cinta-Nya tan tiada tara. Saking terlalu banyaknya utang kita kepada Tuhan, tak mampu kita membayar hutang tersebut dengan bayaran apapun.

Maka di sinilah kita harus memiliki kesadaran dengan penuh kerendahan hati bahwa kita bagaikan seorang hamba yang mestinya harus mengabdi sepenuh hati kepada Tuhan sebagai wujud dari membalas dan membayar utang kita yang begitu besar pada-Nya. Maka sebanyak apapun usaha kita berbuat baik dan mengabdi-Nya tetap tak sebanding dengan cinta yang telah kita terima lebih dahulu dari Dia. Mestinya setiap kita berbuat baik, melayani Tuhan dan sesama tetap kita hidup dalam kerendahan hati bagaikan hamba yang tak ada apa-apanya dan tak perlu mendapat pujian. Semua kebaikan kita itu adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai tebusan atas cinta yang telah kita terima dari-Nya lebih dahulu. Maka mari bersikap seperti pelayan, tidak perlu mengejar prestasi atau kenaikan jenjang karir tetapi tetap tekun dan setia mengabdi dengan hati yang tulus sekaligus dengan kreatifitas yang berusaha menyenangkan hati Tuhan.

[RP Yohanes Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm]