Renungan Harian

Renungan Harian 03 Februari 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa IV, Senin, 03 Februari 2025

  • Bacaan Pertama: Ibrani 11:32-40

  • Mazmur Tanggapan: Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, kalian semua yang berharap kepada Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 31:20-24

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 5:1-20

Renungan Singkat : Belas Kasih Tuhan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kekerasan terjadi bukan saja atas orang lain dalam keluarga, sekolah, kampus atau di ruang publik tetapi juga atas diri sendiri.

Misalnya, seorang kakek mengendarai sebuah mobil dan menyerempet sepeda motor pengguna jalan lain, lantas pemilik sepeda motor yang diserempat tersebut memprovokasi para pengguna jalan lain dengan teriakan “maling”. Spontan mereka mengejar mobil yang dikendarai kakek tersebut hingga mobil itu berhenti. Lalu, ia dikeroyok, dipukuli hingga tak berdaya. Akhirnya, ia menghembuskan napas terakhir di tempat kejadian, sementara mobilnya dihancurkan massa. Ini merupakan sebuah kekerasan yang tidak manusiawi dan para pelaku melakukannya bak kesetanan.

Injil hari ini mengisahkan sisi lain dari sebuah kekerasan, yang dilakukan oleh roh jahat yang menguasai dan membelenggu seorang warga Gerasa. Warga Gerasa ini siang malam berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu (Mrk 5:5).

Bayangkan, memukuli diri dengan batu, pasti sakit, melukai, bisa jadi ia babak belur. Namun, pihak yang menderita bukan roh jahat, melainkan orang yang dirasukinya itu. Sebuah kekerasan yang diprovokasi oleh roh jahat, tidak manusiawi, selalu membuat orang menderita. Beruntung, orang Gerasa tersebut tidak sampai menghembuskan napas terakhir.

Para saudara, perjumpaan dengan Yesus adalah sebuah perjumpaan yang membebaskan dan menyelamatkan. Bermula, ketika roh jahat bernama legion itu meminta dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah Gerasa. Selain itu, legion minta supaya diizinkan pindah ke dalam kawanan babi yang sedang mencari makan itu dan merasuki mereka. Yesus mengabulkan permintaan mereka. Sejak itulah legion itu bermigrasi ke kawanan babi dan semua babi langsung terjun ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.

Tampak, bahwa bersama manusia dan di dalam diri manusia roh jahat lebih kerasan atau betah daripada tinggal dalam tubuh babi. Sejak itu pula, orang Gerasa tadi menjadi orang yang merdeka, bebas dari belenggu roh jahat.

Kehadiran Yesus memiliki kuasa untuk membebaskan orang yang terbelenggu atau berada dalam tawanan. Untuk itulah Ia datang ke dunia, seperti dikatakan pada awal perutusan-Nya di tengah publik, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan…” (Luk 4:18-19). Orang Gerasa itu telah dibebaskan dari tawanan roh jahat.

Sebagai rasa terima kasih, dia tergerak untuk mengikuti Yesus dan menyertai-Nya. Tetapi, Yesus tidak memperkenankannya. Yesus malah berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan ceritakan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (Mrk 5:19).

Penginjil mencatat, “Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala yang telah diperbuat Yesus atas dirinya, dan mereka semua menjadi heran” (ay. 20). Ada tiga perintah Yesus kepada orang Gerasa itu: pertama, pulanglah ke rumahmu dan dia pulang; kedua, beritahukanlah segala yang diperbuat Tuhan atasmu dan dia memberitahukannya sehingga semua orang menjadi heran; ketiga, ceritakan bahwa Ia telah mengasihani atau berbelas kasih kepadamu namun dia tidak melakukannya; bisa jadi ia lupa atau mengabaikan perintah ketiga tersebut.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kita hidup merdeka, tidak berada dalam tawanan roh jahat, ini satu hal yang perlu disyukuri. Selain itu, apa yang kita alami sebagai manusia merdeka, sepenuhnya karena belas kasih Tuhan. Oleh karena itu, belas kasih Tuhan yang telah kita terima dan alami, perlu kita ceritakan kepada orang lain, juga dalam keluarga. Narasi tentang belas kasih Tuhan adalah hal penting dalam katekese dan kesaksian hidup sehari-hari. Belas kasih membuat perilaku lebih manusiawi.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]