Renungan Harian

Renungan Harian 13 April 2024

Bacaan Liturgis – Pekan II Paskah, Sabtu, 13 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 6:1-7

  • Mazmur Tanggapan: kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2.4-5.18-19.

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Kristus Pencipta semesta alam telah bangkit! Ia penuh belas kasih kepada umat manusia. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 6:16-21

Renungan Singkat : (Perjalanan) Tanpa Yesus

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ada sebuah lagu rohani berjudul “Jalan Tanpa Yesus”. Lagu ini diciptakan oleh Rudy Loho sekitar satu dekade yang lalu dan dinyanyikan oleh Amedia Voice. Di bawah ini saya kutip lirik lagunya. Jika Anda bisa menyanyikannya, silakan menyanyikannya. Jika tidak tahu atau tidak bisa menyanyikannya, baca saja liriknya dan resapi kata-katanya. Maksud saya, lirik lagu ini saya kutip untuk menginspirasi refleksi kita atas Injil hari ini. Berikut kutipannya:

Dalam kehidupanku tiada yang membimbingku

Ku gelisah dan ku tersiksa tanpa-Mu Kristus.

Tiada yang menolongku tiada yang menolehku

Ku tersesat saat ku berjalan tanpa Yesus.

Berlubang berbatu jalan tanpa Kristus

Ku tersangkut ku terjatuh tanpa Yesus

Berdarah terluka jalan tanpa Kristus

Kini aku percaya hanyalah Yesus

Yang sanggup menolongku.

Kini aku percaya hanyalah Yesus

Yang sanggup menolongku.

Para saudara sekalian, “Hidup kita ini ibarat suatu perjalanan,” kata Santo Gregorius Agung Pertanyaannya, bagaimana kita berjalan? Dengan siapa kita berjalan? Apa yang kita alami saat berjalan ke suatu tempat tujuan yang belum kita ketahui? Ada banyak pertanyaan bisa muncul tatkala kita berefleksi tentang perjalanan.

Lirik lagu di atas merupakan sebuah refleksi iman dari seorang yang sadar bahwa berjalan tanpa Yesus membuatnya tersiksa. Ia mengalami tiadanya pertolongan dan perhatian hingga yang ada hanyalah rasa gelisah dan rasa sakit karena terjatuh dan terluka namun tak ada yang menolongnya. Akan tetapi, dalam kesadaran yang terdalam ia percaya bahwa ternyata hanyalah Yesus yang sanggup menolongnya. Berjalan bersama Yesus adalah kuncinya.

Berjalan bersama Yesus selalu ada indahnya, meski ada duka dan lara karena mengikuti Dia tidak mungkin tanpa memikul salib. Berjalan bersama Yesus membuat hati tidak gerah. Pikiran cerah. Setiap tindakan terarah. Jika terjatuh, Ia akan menolong. Jika tersesat, itu tidak mungkin, karena Ia adalah Sang Jalan dan Dialah yang mengarahkan setiap langkah kaki terayun.

Kisah perjalanan para murid Yesus hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Pribadi sentral. Penginjil menulis, “Ketika hari sudah mulai malam, muid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum” (Yoh 6:16). Saat itu mereka menyeberang ke Kapernaum tanpa Yesus, sebab Ia masih mengundurkan diri di gunung, “untuk berdoa seorang diri” (Mat 14:23), untuk bersekutu dengan Allah, Bapa-Nya.

Apa yang para murid alami ketika mereka tidak bersama Yesus? Sebab, “Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang” (ay. 17-18)? Anda bisa membayangkan situasi mereka saat itu. Mereka khawatir, cemas, takut. Mereka berusaha keras supaya bisa selamat. Mungkin dari antara mereka juga ada yang berteriak memanggil dan meminta pertolongan Sang Guru agar mereka tidak binasa, tenggelam karena perahu diterpa angin kencang. Berjalan tanpa Yesus ternyata penuh dengan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan. Nyawa pun terancam karenanya.

Dalam situasi seperti itu, kita perlu melihat dan menyadari peran Yesus dalam hidup para murid-Nya, termasuk kita yang hidup di zaman ini. Pertama, sejatinya Yesus selalu memerhatikan keselamatan kita. Dalam Injil Markus, teks yang paralel disebutkan, “Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam (pagi) Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka” (Mrk 6:48).

Di atas gunung, Yesus tidak merasa terlalu sibuk dengan Bapa-Nya sehingga lupa akan para murid-Nya. Selama mereka berusaha keras menempuh laut yang ganas dan angin yang kencang, pandangan Yesus yang penuh kasih juga dinyatakan kepada mereka. Yesus memang hebat! Hidup kita ini, termasuk usaha keras yang kita lakukan sehari-hari untuk bertahan hidup atau meningkatkan hidup yang lebih baik dan sejahtera, tidak pernah lepas dari pandangan Yesus yang penuh kasih. Apakah kita sadar dan mengimani tindakan Yesus yang demikian ini?

Kedua, Yesus menjumpai para murid “sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya” (ay. 19). Mereka pun “melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu”. Perhatikan kalimat ini, “Yesus berjalan di atas air dan mendekati perahu itu.” Artinya, Yesus yang berinisiatif untuk menjumpai para murid. Yesus tidak mau menjadi penonton. Yesus mau peduli terhadap mereka, mau memberi semangat dan peneguhan atau afirmasi kepada mereka. Makanya, Ia segera berkata, “Ini Aku, jangan takut!” (ay. 20). Yesus ingin, agar dengan bersama Dia, para murid merasa tenang, teduh, damai, bukan rasa takut. Yesus juga ingin agar perjalanan hidup kita mencapai tujuan, bukan berujung pada kegagalan atau frustasi.

Ketiga, ketika para murid “mempersilakan Yesus naik ke perahu” (ay. 21a), apa yang terjadi? “Seketika itu perahu mereka sampai ke pantai yang mereka tuju” (ay. 21b). Luar biasa bukan, jika Yesus diundang masuk ke dalam perahu kita, rumah atau keluarga kita, rumah atau komunitas kita dan kita menempuh perjalanan hidup bersama Yesus? Sesungguhnya, Yesuslah yang membawa kita ke tempat tujuan (perjalanan, pekerjaan, cita-cita dan sebagainya).

Maka, dengan mengundang atau melibatkan Yesus ke dalam perahu hidup kita, perjalanan yang jauh pun tidak membosankan, akan menjadi lebih singkat, ibarat “seketika itu” sampai. Selain itu, pergumulan hidup yang berat pun akan menjadi lebih ringan. Sekarang ini banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental, karena mereka tidak bisa dan tidak terbiasa melibatkan Yesus dan mengundang Dia untuk masuk ke dalam pergumulan atau persoalan hidup mereka. Yesus tidak menjadi ingatan pikiran dan hati mereka sehingga mereka merasa bahwa dalam hidup ini seolah berjalan tanpa Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus yang penuh kasih dan perhatian, hindarilah hidup tanpa Yesus. Jangan menempuh perjalanan tanpa Yesus. Sebaliknya, hiduplah bersama Yesus dan di dalam Yesus, karena Yesus dan demi Yesus, yang adalah Tuhan dan Pemandu perjalanan hidup kita di dunia ini. (Perjalanan) tanpa Yesus, hidup penuh risiko! Salam akhir pekan dan nikmati akhir pekan ini bersama Yesus, pasti menyenangkan.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]