Renungan Harian

Renungan Harian 11 September 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXIII, Kamis, 11 September 2025

  • Bacaan Pertama: Kolose 3:12-17

  • Mazmur Tanggapan: Segala yang bernapas, pujilah Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 150:1-2.3-4.5-6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Jika kita saling menaruh cinta kasih, Allah tinggal dalam kita, dan cinta kasih Allah dalam kita menjadi sempurna. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 6:27-38

Renungan Singkat : Apakah Jasamu?

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini Yesus berbicara tentang jasa. Sebanyak tiga kali Yesus bertanya tentang “apakah jasamu?”.

Secara etimologis, seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jasa berarti perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai bagi orang lain. Selain itu, jasa juga berarti perbuatan yang memberikan segala sesuatu yang diperlukan orang lain; layanan atau servis.

Dalam pengertian tersebut, mari kita kaitkan dengan sabda Yesus hari ini, “Kalau kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (Luk 6:32). Lantas siapakah orang-orang berdosa yang dimaksud? Apakah orang yang berbuat baik karena orang lain telah berbuat baik kepadanya, yang dalam bahsa Latin terungkap dalam kalimat singkat, “Quid pro quo” artinya, “Yang sudah diterima harus dibalas dengan apa?”

Dari cara Yesus bertanya, terkesan bahwa Yesus tidak setuju dengan patokan tersebut. Itulah sebabnya selanjutnya Yesus berkata, “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (ay. 33). Yesus tidak setuju dengan orang yang berbuat baik hanya terhadap orang yang nyata-nyata membalas atau dapat membalasnya dengan hal yang setimpal. Tindakan seperti itu bukanlah ungkapan kasih yang sejati. Tindakan seperti itu tidak ada nilai plus sama sekali. Tindakan seperti itu tidak ada jasanya sama sekali.

Kalau demikian, tindakan kasih yang bagaimana sehingga memberikan nilai plus, ada jasanya? Yesus tunjukkan, “Tetapi kalian, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka” (ay. 35a). Ini, baru namanya kasih yang sejati: Mengasihi musuh, mau berbuat baik kepada musuh, yang berbuat jahat.

Para saudara, kasih yang sejati telah dinyatakan oleh Allah Yang Maha Tinggi, “Sebab Ia baik kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan orang-orang jahat” (ay. 35b). Kasih yang sejati seperti inilah yang mesti menjadi karakter setiap anak Allah, karakter diri seperti ada pada Allah, yakni mengasihi tanpa batas dan tanpa pandang bulu, tanpa membeda-bedakan, baik kepada orang baik maupun kepada orang jahat. Tindakan seperti ini jasanya luar biasa.

Itulah sebabnya, sebelumnya Yesus menegaskan, “Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu. Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian” (ay. 27). Tindakan yang diperintahkan oleh Yesus ini memberikan jasa yang besar, menjadi pembeda dari tindakan mengasihi orang yang mengasihi kita (bdk. ay. 32).

Para saudara, dalam Bacaan I (Kol 3:12-17) Rasul Paulus juga memberikan nasihat tentang tindakan kasih yang berguna dan bernilai bagi orang lain, “Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, dan kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan hendaklah kalian saling mengampuni apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sebagaimana Kristus mengampuni kalian, demikian pula kalian hendaknya. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah cinta kasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3:12-14).

Mari kita terus belajar untuk hidup dalam kasih. Tak berhenti dalam berusaha untuk hidup dalam kasih yang mengikat, mempersatukan dan menyempurnakan semua orang tanpa kecuali, termasuk para musuh. Inilah yang dilakukan oleh Allah. Inilah yang juga mesti kita lakukan sebagai anak-anak Allah. Jika kita tidak mau berbagi kasih dengan siapa pun, juga dengan para musuh, apakah jasamu?

[RP A. Ari Pawarto, O.Carm]