Renungan Harian

Renungan Harian 03 April 2024

Bacaan Liturgis – Oktaf Paskah, Rabu, 03 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 3:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9.

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 24:13-35

Renungan Singkat : Yesus yang Bangkit adalah Matahari Sejati

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memasuki hari keempat dalam Oktaf Paskah yang secara liturgis sama dengan hari raya. Kisah yang terjadi di jalan menuju ke sebuah kampung bernama Emaus menginspirasi refleksi kita.

Adalah dua orang, keduanya laki-laki, yang seorang bernama Kleopas, sedang berjalan bersama untuk pulang kampung. Nama kampung yang hendak mereka tuju adalah Kampung Emaus, yang terletak di sebelah barat Yerusalem. Jarak tempuh sekitar tujuh mil jauhnya dari Yerusalem.

Karena Kampung Emaus berada di sebelah barat Yerusalem, itu berarti, mereka berjalan ke arah matahari sedang terbenam (bdk. Luk 24:29). Bisa jadi, sinar matahari begitu menyilaukan mata mereka. Karena itulah, seperti dikatakan oleh penginjil, “Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga tidak dapat mengenali Dia” (ay. 16), yaitu Yesus yang mereka pandang sebagai seorang nabi namun telah dihukum mati.

Para saudara sekalian, pada hakikatnya, para pengikut Yesus bukanlah orang-orang yang sedang berjalan ke arah matahari terbenam tetapi ke arah timur, di mana matahari terbit. Inilah “kiblat” atau arah perjalanan para pengikut Kristus, yang sejak lama digambarkan dalam diri anak-anak Israel, yang berjalan ke arah matahari terbit, tepatnya dari Obot melewati padang gurun di sebelah timur Moab (Bil 21:10-11).

Yesus adalah “Surya pagi dari tempat yang tinggi” (Luk 1:78), matahari sejati, yang cahaya-Nya selalu menerangi dunia. Dia sendiri berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12). Dia menegaskan, “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang” (Yoh 12:36a). Anak-anak terang selalu berjalan ke arah timur, di mana matahari terbit. Matahari itu adalah Kristus.

Dalam Ibadat Harian, sebagai Ibadat resmi Gereja, Yesus sering disebut dengan berbagai istilah. Misalnya, “Penyelamat dunia akan terbit bagaikan matahari” (Antifon Kidung Zakharia dalam Ibadat Pagi tanggal 19 Desember), atau “Matahari sejati yang terbit dari Bapa” (Doa Permohonan hari Rabu dalam Ibadat Pagi Masa Adven), atau “Kristus Tuhan, fajar dan matahari kita” (Doa Permohonan dalam Ibadat Pagi hari Minggu I), atau “Kristus, matahari sejati” (Doa Permohonan dalam Ibadat Sore II hari Minggu II dan dalam Ibadat Pagi Rumus Umum Santa Perawan Maria; serta Doa Penutup dalam Ibadat Sore hari Selasa II), dan karena rahmat datang dari pada-Nya maka Dia juga disebut “Tuhan dan matahari rahmat” (Doa Permohonan dalam Ibadat Pagi hari Rabu II).

Saudara-saudara sekalian, Kleopas dan temannya, berjalan bersama menuju Kampung Emaus dengan langkah berat, hati galau dan muka muram. Pasalnya, Yesus orang Nazaret, seorang nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa telah mati dihukum mati dengan disalib. Padahal, mereka berharap bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Kesaksian beberapa orang yang mengatakan bahwa Yesus hidup juga tidak membuat mereka bersukacita (ay. 19-24).

Beruntung bahwa saat itu mereka berjalan bukan hanya berdua, tetapi bertiga dan orang ketiga itu adalah Yesus yang hidup, Yesus yang bangkit; Dia adalah matahari sejati yang menerangi kebodohan pikiran dan kelambanan hati mereka dengan cara menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (ay. 25 dan 27). Selain itu, Yesus yang bangkit menerangi mereka dengan mengambil roti, mengucap berkat lalu memecah-memecahkan roti dan memberikan-nya kepada mereka (ay. 30). “Ketika itu,” tulis Lukas, “terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenali Dia” (ay. 31).

Ternyata, para saudara sekalian, kita bisa mengenali kehadiran Yesus yang bangkit antara lain melalui Ekaristi dan Kitab Suci. Melalui dua hal ini, Kristus Yesus, Sang matahari sejati, hadir untuk menerangi hati dan budi kita. Oleh sebab itu, dalam semangat Paskah, mari kita bertekun dalam menghadiri dan merayakan Ekaristi serta membaca Kitab Suci. Firman Tuhan yang ditulis dalam Kitab Suci, yang dibaca dan didengarkan, membuat mata hati kita bersih (bdk. Yoh 15:3) dan memudahkan kita dalam mengenali dan mengimani Dia yang bangkit, yang adalah matahari sejati. 

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]