Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXXIV, Senin, 27 November 2023
Bacaan Pertama: Nubuat Daniel 1:1-6.8-20
Mazmur Tanggapan: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Ayat Mazmur Tanggapan: T.Daniel 3:52-56
Ayat Bait Pengantar Injil: Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga. Alleluya.
Bacaan Injil: Lukas 21:1-4
Renungan Singkat : TUHAN, SUMBER KEBIJAKSANAAN
Iman menuntut manusia menjadi bijaksana. Ia hendaknya mampu mengenali dan mengerti kebaikan secara benar dan menempuh cara yang tepat untuk mencapainya. Kitab Amsal menasehati dengan berkata, “Orang yang bijak memperhatikan langkahnya” (Ams.14:15). Orang bijaksana melibatkan akal budi untuk memutuskan sesuatu hal dalam hidup. Ia tidak tergesa-gesa apalagi ceroboh. Gereja menyebutnya dengan Auriga virtutum artinya kebijaksanaan itu mengendalikan kebajikan lain. Ia menata hati nurani, sehingga orang sungguh memilih yang baik dan menghindarkan yang buruk.
Sungguh mengagumkan empat orang pemuda dalam bacaan pertama hari ini. Mereka adalah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Di hadapan Raja Nebukadnezar, Daniel bersama teman-temannya menunjukkan sikap para pemuda yang bijaksana. Walaupun ditawarkan makanan yang lezat dan minuman yang nikmat di istana raja, mereka memilih untuk tidak menajiskan diri dengan semua itu. Secara khusus Daniel, ia berani bertaruh dengan kepala pegawai istana untuk membandingkan pemuda yang makan minum dari hidangan di istana raja dengan mereka yang tidak melakukannya. Hasilnya ialah perawakan mereka lebih baik daripada para pemuda yang menikmati santapan hidangan raja. Daniel bersama teman-temannya juga tampil lebih cerdas dan berilmu daripada yang lain.

Kisah kesaksian iman para pemuda ini tentunya tidak berhenti hanya pada makan minum. Lebih daripada itu, kisah ini mewartakan kepada kita makna terdalam kebijaksanaan. Orang bijak berani mengenali kebenaran dan setia padanya. Keempat pemuda ini sungguh mengenali Allah sebagai sumber keselamatan. Mereka memilih Dia di atas segala sesuatu. Dari dirinya sendiri, mereka bebas memilih Allah atau mengabaikan-Nya. Demi kepuasan daging seringkali manusia mengabaikan kesetiaan kepada Allah. Tetapi tidak demikian bagi keempat anak muda ini. Mereka sungguh memiliki rasa takut akan Allah. Takut bukan soal perasaan tetapi sikap batin yang menaruh hormat kepada-Nya.
Dalam perikop bacaan Injil hari ini, kita mendengar Yesus memuji persembahan seorang janda. Bila dibandingkan dengan persembahan orang kaya, maka pemberiannya itu sangat sedikit. Mengapa demikian? Yesus bersabda, “Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya” (Luk.21:4). Yesus tentu tidak hendak membanding-bandingkan jumlah pemberian itu, tetapi mewartakan kepada kita bahwa persembahan yang sejati adalah dari dalam hati. Ketulusan adalah yang utama. Janda miskin memilih untuk mempersembahkan seluruh yang ada padanya kepada Allah. Keputusan itu barangkali tampak bodoh di mata manusia picik, tetapi sungguh bijak di hadapan-Nya. Ia meneladankan kepada kita semangat percaya pada penyelenggaraan Ilahi.
Pada hari ini, tepat sekali kiranya kita merenung bersama kaum muda Gereja. Mereka adalah pribadi-pribadi yang sedang bertumbuh. Dalam fase ini, mereka hendaknya berani memutuskan untuk memilih yang terbaik dalam hidup. Paus Fransiskus pernah memberikan nasihat yang indah bagi mereka. Beliau berkata bahwa orang perlu berusaha terus-menerus membebaskan diri dari kekayaan palsu dan terbuka menerima Yesus dalam hati. Godaan berhala dan kekayaan palsu itu menjanjikan kehidupan, tetapi kenyataannya membawa kematian. Kaum muda hendaknya membiarkan diri dijumpai oleh Yesus Kristus dan disentuh oleh kasih-Nya yang lembut. Pengalaman itu dapat mereka rasakan dalam doa dan perayaan suci bersama seluruh umat dalam Gereja.
Akhirnya, kaum muda hendaknya meneladan semangat Daniel, Hananya, Misael dan Azarya yang lebih memilih untuk menguduskan diri bagi Allah daripada menajiskannya dengan tawaran kenikmatan daging. Pengudusan diri mereka menjadi kekuatan yang sangat penting untuk mengarungi arus dunia dan menggaraminya dengan nilai-nilai ajaran Yesus.
Tuhan memberkati.
RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm