Renungan Harian

Renungan Harian 04 April 2024

Bacaan Liturgis – Oktaf Paskah, Kamis, 04 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 3:11-26

  • Mazmur Tanggapan: Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2a.5.6-7.8-9.

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 24:35-48

Renungan Singkat : Mesias Harus Menderita

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memasuki hari kelima dalam Oktaf Paskah. Umat beriman terus diajak untuk merenungkan peristiwa tentang Yesus yang bangkit, yang dalam kesaksiannya kepada orang banyak Rasul Petrus menyebut “Yesus, Pemimpin kepada hidup” (Kis 3:15). Ia telah dibunuh dengan cara menyalibkan-Nya, “tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (ay. 15). “Dan tentang hal itu kami adalah saksi,” kata Petrus dengan tegas (ay. 15).

Ketika Yesus yang bangkit menampakkan Diri kepada para murid-Nya yang sedang berkumpul di ruang atas di Yerusalem, Dia berusaha meyakinkan mereka bahwa Diri-Nya adalah benar-benar Orang yang telah disalib. “Lihatlah tangan dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu kan tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk 24:39). Dalam Injil ini Lukas menekankan aspek kejasmaniaan Yesus yang bangkit, sebab Injil ini ditulis untuk orang-orang Yunani yang menganggap kebangkitan badan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Dalam penampakan-Nya itu Yesus juga berusaha membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti (apa yang dikatakan dalam) Kitab Suci. Kata Yesus kepada mereka, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya itu” (ay. 46-48).

Rasul Petrus akhirnya bersaksi seperti yang Yesus minta. Kata Petrus kepada orang-orang Israel, “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian (telah membunuh Yesus, red) karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpinmu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus” (Kis 3:17-20).

Rasul Petrus bersaksi seperti yang Yesus katakan saat penampakan-Nya kepada para murid. Maka, dari kata-kata Yesus yang bangkit dan kesaksian Rasul Petrus kita pun diajak untuk mengerti Kitab Suci. Tidak harus seluruh Kitab Suci dimengerti, hal itu jelas tidak mungkin. Kita bukanlah pakar Kitab Suci. Namun, kita perlu mengerti apa yang penting dalam Kitab Suci, seperti ditegaskan oleh Rasul Paulus, “Sebab yang penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor 15:3-4).

Saudara-saudara sekalian, dalam suasana Paskah, Yesus yang bangkit, kita masih diingatkan oleh Yesus sendiri, juga oleh Rasul Petrus tentang Mesias yang harus menderita (Luk 24:45, Kis 3:18). Hal ini mengingatkan kita bahwa kebangkitan Kristus adalah bagian tak terpisahkan dari penderitaan dan wafat-Nya.

Rasul Petrus menulis dalam suratnya bahwa “Kristus telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1Ptr 2:21), yakni menderita untuk Kristus. Motivasi dari penderitaan yang dijalani adalah untuk Kristus atau untuk Allah. Seperti dilakukan oleh Santa Faustina, “Ya Allahku, betapa menyenangkan menderita demi Engkau, menderita dalam relung hati yang paling tersembunyi, dalam ketersembunyian yang paling dalam, dibakar seperti kurban yang tidak dipedulikan oleh siapa pun, murni laksana kristal, tanpa penghiburan atau belas kasihan” (Buku Harian Santa Faustina, No. 351).

Menderita seperti yang dialami oleh Mesias, artinya Kristus, tidaklah enak. Namun, Ia mau dan rela menderita untuk keselamatan umat manusia yang berdosa. Ia mau menghadapinya, bukan menghindarinya. Lantas bagaimana dengan kita? Kita perlu belajar dari Santa Faustina yang berkata, “Menderita tanpa mengeluh, membawa penghiburan kepada orang lain dan membenamkan penderitaan-penderitaanku sendiri dalam Hati Yesus yang Maha Kudus” (Ibid., No. 224).

Setelah Santa Faustina membenamkan penderitaan-penderitaannya dalam Hati Yesus yang Maha Kudus, kemudian ia berkata, “Penderitaan adalah harta terbesar di bumi ini; penderitaan mampu memurnikan jiwa” (Ibid., No. 342). Maka, kalau Mesias harus menderita, itu Dia lakukan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. “Memang Kristus harus menderita, karena manusia tidak dapat diselamatkan dengan cara lain!” kata Santo Anastasius dari Antiokhia. 

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]