Renungan Harian

Renungan Harian 16 September 2025

Bacaan Liturgis – PW Santo Kornelius, Paus dan Martir dan Santo Siprianus, Uskup dan Martir, Selasa, 16 September 2025

  • Bacaan Pertama: 1 Timotius 3:1-13

  • Mazmur Tanggapan: Aku hendak hidup dalam ketulusan hati.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 101:1-2ab.2cd-3ab.5.6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Seorang nabi besar telah muncul di tengh-tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 7:11-17

Renungan Singkat : Tergerak oleh Belas Kasih

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, bersama seluruh Gereja hari ini kita merayakan peringatan Santo Kornelius, Paus dan martir. Ia menjadi Paus mulai bulan Maret 251 hingga September 253. Itu berarti, ia menjalankan tugasnya di masa sulit sebagai Paus hanya sekitar dua tahun. Ia memiliki sahabat karib bernama Santo Siprianus, Uskup Kartago, Afrika Utara. Ia hidup pada tahun 210-258, yang peringatannya juga dirayakan hari ini.

Para saudara, salah satu keutamaan hidup Kristiani adalah belas kasih(an). Keutamaan ini bisa dinyatakan kepada semua orang tanpa kecuali, tanpa pamrih dan tanpa batas.

Yesus adalah seorang penghayat keutamaan belas kasih. Ia semestinya menjadi cermin bagi setiap murid-Nya. Sebab, belas kasih atau kerahiman-Nya benar-benar tanpa batas. Ia hadir di dunia sebagai Pribadi yang menampakkan wajah belas kasih atau kerahiman Bapa.

Dalam Seruan Apostolik Sukacita Kasih, Paus Fransiskus mengatakan, “Gereja diutus untuk mewartakan kerahiman Allah, jantung Injil yang berdetak, yang dengan caranya sendiri harus menembus pikiran dan hati setiap orang. Mempelai Kristus harus mencontoh sikap Yesus, Anak Allah, yang keluar menjumpai setiap orang tanpa kecuali” (No. 309).

Selanjutnya Paus Fransiskus berkata, “Gereja tahu bahwa Yesus menunjukkan Diri-Nya sebagai Gembala dari seratus domba, bukan hanya sembilan puluh sembilan. Ia mengasihi mereka semua. Dari kesadaran ini, akan menjadi mungkin bahwa ‘balsam kerahiman dapat menjangkau setiap orang, baik orang-orang beriman maupun mereka yang jauh dari iman, sebagai tanda Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah kita’” (Ibid.).

Para saudara, Yesus adalah Gembala yang baik, murah hati dan penuh belas kasihan. Itulah sebabnya Paus Fransiskus menegaskan, “Kita tidak dapat melupakan bahwa ‘belas kasihan bukan hanya tindakan Bapa, melainkan juga menjadi kriteria untuk memastikan siapa anak-anak-Nya yang sesunggunnya. Pendek kata, kita diajak untuk menunjukkan belas kasihan, karena belas kasih telah terlebih dahulu ditunjukkan kepada kita” (No. 310).

Bagi Bapa Suci asal Argentina ini, belas kasihan adalah fondasi hidup Gereja sendiri. Sehingga, “Segala kegiatan pastoralnya harus terungkap dalam kelembutan yang dinyatakan pada umat beriman” (Ibid.). Oleh sebab itu, jika sebagai Gereja atau umat beriman kita bisa mengungkapkan kelembutan hati atau belas kasihan Bapa sebagaimana dilakukan oleh Yesus Putra-Nya, maka hidup kita dapat berguna dan menjadi berkat bagi sesama.

Dalam hal ini, Yesus, Sang Guru, yang telah menunjukkan belas kasihan Bapa, benar-benar adalah model dan contoh bagi kita. Seperti ketika melihat janda yang sedang berduka karena anak laki-laki tunggal yang disayangi dan menjadi tumpuan harapan akan hidup selanjutnya telah meninggal dan akan dikubur, tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasih.

Yesus menghampiri usungan jenazah itu dan disentuh-Nya sehingga para pengusung pun berhenti. Segera Yesus bertindak menyatakan belas kasih-Nya yang menyelamatkan, “Hai pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (Luk 7:14). Anak muda itu bangun, duduk, dan mulai berbicara, lantas Yesus menyerahkannya kepada ibunya (ay. 15). Janda itu tidak lagi berduka. Ia bahagia, karena anak tunggalnya kembali bernyawa. Ia yang sebelumnya disapa Yesus dengan berkata, “Jangan menangis!” (ay. 13), kini benar-benar kembali bisa tertawa bahagia, tidak lagi menangis, karena anak laki-laki tunggalnya Yesus serahkan kepadanya dalam keadaan hidup, telah kembali bernyawa.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, belas kasih dan kepedulian Yesus telah menjadi berkat bagi si janda dan anaknya. Peran Yesus telah menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah kita; bahwa “Allah telah mengunjungi umat-Nya” (ay. 16).

Oleh karena itu, mari kita menjadi umat beriman yang semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi tentang keutamaan belas kasih. Sehingga, jika tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, maka seharusnya hati kita, murid-murid-Nya, juga tergerak oleh belas kasih. Tuhan memberkati.

[RP A. Ari Pawarto, O.Carm]