Bacaan Liturgis – Pekan Suci, Senin, 14 April 2025
Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 42:1-7
Mazmur Tanggapan: Tuhan adalah terang dan keselamatanku.
Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1.2.3.13-14
Bait Pengantar Injil: Terpujilah. Salam, ya Raja kami. Hanya Engkaulah yang mengasihani kesesatan-kesesatan kami. Terpujilah.
Bacaan Injil: Yohanes 12:1-11
Renungan Singkat : SETIA HIDUP DALAM KASIH
Kita memasuki Pekan Suci. Hari-hari ini, secara khusus dalam Tri Hari Suci, kita akan merenungkan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Ia menderita sengsara bahkan wafat di kayu salib bukan karena kesalahan-Nya sendiri tetapi karena dunia hidup dalam dosa tidak mampu menerima kebenaran yang dibawa-Nya. Ia datang membawa hukum baru yaitu kasih yang menyelamatkan. Meskipun demikian, Yesus Kristus tetap setia mewartakan-Nya agar kita mengenal kebenaran dan tidak hidup dalam dosa, melainkan dalam Roh. Nabi Yesaya menubuatkan akan hal ini. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia Ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai Ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya” (Yes.42-3-4).
Kita patut merenungkan kesetiaan Yesus Kristus ini dalam hidup kita. Sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus menunjukkan sebuah kebenaran iman kepada kita bahwa kasih tidak pernah dapat dikalahkan oleh apapun. Kasih menang atas dosa! Inilah esensi terdalam hidup kita sebagai murid Yesus Kristus. Hendaknya kita tidak pernah takut akan ancaman karena melakukan kasih. Sebaliknya kita harus bertekun di dalamnya. Difitnah, dikucilkan, diintimidasi, disakiti karena kasih hendaknya tidak membuat kita mundur. Semua itu tidak lebih besar dan berat daripada yang telah diperlakukan kepada Yesus Kristus. Karena kasih, Dia telah membiarkan Diri-Nya diejek, diludahi, ditelanjangi; martabat-Nya direndahkan supaya kita ditinggikan martabat-Nya. Lebih baik menderita karena kasih daripada dendam dan amarah.
Peristiwa Yesus Kristus membangkitkan Lazarus merupakan antisipasi akan kebangkitan-Nya. Dia akan mati dan dimakamkan. Tetapi kuasa maut tidak akan berkuasa atas-Nya. Ia akan bangkit pada hari ketiga. Ia bangkit dengan jaya. Dengan ini, Yesus menjadi jaminan keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dalam Dia ada hidup bukan kebinasaan. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan tetap hidup walaupun sudah mati, itu Sabda Yesus bagi kita dan itu sungguh benar!

Namun demikian, kita juga perlu menyadari mentalitas-mentalitas dunia ini yang menjatuhkan kita ke dalam dosa yaitu adalah cinta akan uang. Yudas Iskariot mewakili kebenaran ini. Ia mengasihi Yesus Kristus gurunya. Tetapi uang telah menggelapkan pikiran hatinya. Ia mengkhianati-Nya dengan harga seorang budak! Miris tetapi itu terjadi. Hidup yang benar adalah berorientasi pada kasih bukan pada uang. Benar pewartaan St Paulus, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim.6:10). Karena sudah dibutakan oleh uang, Yudas Iskariot mampu merekayasa perkataan seolah-olah benar adanya, padahal tipuan belaka. Ketika Maria hendak menyeka kaki Yesus dengan minyak wangi, ia berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (Yoh.12:5). Zaman sekarang, masih banyak oknum Yudas Iskarioit yang berusaha menghilangkan kasih. Mari tetap waspada! Mari kita tetap setia sebagai orang yang hatinya penuh kasih seperti Yesus Kristus. Tuhan memberkati. Amin.
[RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm]