Renungan Harian

Renungan Harian 08 April 2024

Bacaan Liturgis – Hari Raya Kabar Sukacita, Senin, 08 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 7:10-14; 8:10ab

  • Mazmur Tanggapan: Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11

  • Bacaan Kedua: Ibrani 10:4-10

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 1:26-38

Renungan Singkat : SALAM MARIA, PENUH RAHMAT

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini Gereja merayakan hari raya Kabar Sukacita. Hari raya ini biasanya dirayakan pada 25 Maret. Namun, baru pada hari ini, 8 April, Gereja merayakannya. Mengapa?

Kita mesti tahu bahwa tanggal 25 Maret lalu jatuh pada hari Senin dalam Pekan Suci. Sedangkan aturannya, sebagaimana diserukan oleh Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata Aturan Sakramen, “Hari-hari Pekan Suci, dari Senin sampai dengan Kamis, diutamakan di atas semua hari raya” (No. 27). Itulah sebabnya, meskipun tanggal 25 Maret adalah hari raya, namun karena jatuh pada hari Senin dalam Pekan Suci, dan hari Senin posisinya berada di atas hari raya, maka hari raya Kabar Sukacita kalah dan harus digeser ke hari lain. Dan mengapa hari lain itu adalah Senin, 8 April, bukan Senin 1 April? Karena Senin, 1 April adalah hari kedua dalam Oktaf Paskah. Sebab itu, hari raya Kabar Sukacita baru dirayakan pada hari ini.

Hari ini Gereja bersukacita bersama Maria, seorang perempuan muda sederhana dari Desa Nazaret, di Galilea, yang merupakan suatu daerah pegunungan di Palestina Utara. Ketika Allah menyuruh Malaikat Gabriel, yang tahun itu adalah bulan yang keenam, ia masuk ke rumah Maria dan memberi salam, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Melalui salam ini tampak bahwa perbuatan-perbuatan atau jasa-jasa Maria kala itu bukan faktor-faktor yang menentukan, melainkan bagaimana Allah memandang Maria sehingga dialah yang menjadi perempuan terpilih dari antara semua perempuan sejagat.

Satu hal menarik bahwa Malaikat Gabriel tidak memberi salam kepada perempuan muda itu dengan menyebut namanya sendiri, yaitu Maria, melainkan ia menyebutnya “hai engkau yang dikaruniai”. Frasa “hai engkau yang dikaruniai” ini biasa diterjemahkan dengan “penuh rahmat” sebagaimana digunakan dalam doa Salam Maria. Ternyata, terhadap perempuan muda itu Allah memenuhinya dengan rahmat. Dengan demikian, dengan rasa kagum dan syukur kita mengarahkan perhatian kepada Allah, yang sudi membungkuk dan menyatakan kasih dan rahmat-Nya dengan cara yang luar biasa kepada perempuan muda atau gadis dari Nazaret ini.

Kasih dan rahmat Allah yang telah memenuhi hati Maria, ditambah dengan penyertaan Tuhan Allah kepadanya, mengondisikan Maria untuk menerima rencana dan kehendak Allah secara penuh, tanpa syarat. Memang, ketika Malaikat Gabriel menyatakan rencana dan kehendak Allah, bahwa ia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaknya ia menamai Dia Yesus (Luk 1:31), ia sempat bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (ay. 34), karena saat itu statusnya adalah tunangan Yusuf (ay. 27). Namun, pertanyaan itu bukanlah sebuah penolakan atau ungkapan keberatan. Pertanyaan itu menjadi pintu yang membuatnya menerima informasi dari Allah melalui utusan-Nya sehingga ketika dia mengambil keputusan, keputusannya adalah seperti yang dikehendaki Allah. Sehingga, keputusannya tidak mengecewakan Hati Allah.

Benar, ketika Maria telah mendapat informasi atau penjelasan yang cukup lengkap, yang akan membantunya untuk mempertimbangkan dan memutuskan, akhirnya ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay. 38). Inilah Kabar Sukacita itu, yang hari ini dirayakan oleh seluruh Gereja, yang menurut hemat saya, kabar sukacita itu bersifat ganda; kabar sukacita itu datang dari Allah, karena Allahlah yang berinisiatif untuk memilih Maria sebagai ibu Mesias, atau ibu Yesus, atau ibu Anak Allah Yang Maha Tinggi. Selain itu, kabar sukacita juga datang dari Maria.

Dengan kerelaan yang penuh Maria menerima tugas yang dipercayakan Allah; ia mau menjadi hamba Allah yang siap melakukan apa pun yang dikehendaki oleh Allah, Tuannya. Dengan demikian, Maria menjadi satu-satunya orang perempuan di seluruh Kitab Suci yang menyebut dirinya sendiri sebagai hamba Tuhan.

Saudara-saudara sekalian, kabar sukacita yang dari Allah dan yang diberikan oleh Maria adalah sukacita kita bersama. Betapa kita bersukacita, karena jawaban Maria yang bebas, penuh kesadaran dan tanpa syarat, membuat keselamatan umat manusia dan kita di zaman ini, menjadi mungkin, yang dilaksanakan sepenuhnya dan tuntas oleh Yesus yang dilahirkannya. Sebab, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21). Ave Maria, gratia plena! Hail Mary, full of grace! Salam Maria, penuh rahmat!

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]