Renungan Harian

Renungan Harian 16 Oktober 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXVIII, Kamis, 16 Oktober 2025

  • Bacaan Pertama: Roma 3:21-30

  • Mazmur Tanggapan: Ya Tuhan, pada-Mulah ada penebusan yang berlimpah-limpah.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-2.3-4b.4c-6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Akulah jalan, kebenaran dan hidup; hanya melalui Aku, orang sampai kepada Bapa. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 11:47-54

Jangan Menghalangi Seseorang untuk Mendekat kepada Tuhan

Sebagai sesama manusia yang ingin mencari makna hidup di dunia ini dengan beriman kepada Kristus, mestinya harus mau berjalan bersama dalam persaudaraan yang sejati. Sebab memang kekudusan dan kesucian menuju kebahagiaan yang sejati itu, tidak didapatkan dalam kesendirian tetapi dalam kebersamaan. Kesadaran ini tidak dimiliki oleh para ahli taurat. Orang Farisi, ahli taurat sebagaimana dalam Injil hari dikecam oleh Kristus karena kemunafikan mereka. Mereka membangun kesalehan dan kesucian mereka sendiri yang sesuai dengan cara pandang dan cara pikir mereka sendiri. Mentalitas ini membuat mereka jauh kepada kesucian palsu. Itu yang membuat kaum ini tidak mau menerima dengan rendah hati kedatangan Yesus sebagai Mesias, bagi bangsa mereka sendiri.

Tuhan Allah menganugerahkan kepada kita akal budi, intelektual dan kecerdasaan sebenarnya sebagai dasar bagi kita agar mampu mengenal Allah secara lebih kuat dan mendalam. Akan tetapi seperti dalam Injil hari yang Yesus katakan kepada para ahli taurat, “Celakalah kalian, hai ahli-ahli taurat, sebab kalian telah mengambil kunci pengetahuan. Kalian sendiri tidak masuk ke dalamnya, tetapi orang yang berusaha masuk kalian halang-halangi.” Betapa ironisnya hidup yang demikian. Pemuka agama yang mestinya dekat dengan Tuhan dan memiliki kecerdasan yang tinggi ternyata tidak menghantar mereka pada persatuan dengan Tuhan dan tidak menuntun mereka pada pengenalan yang mendalam kepada kebijaksanaan hidup.

Memang orang yang sungguh ingin dekat kepada Allah dan bersatu dengan Allah adalah orang yang pertama-tama memiliki kerendaahan hati dan sikap yang tulus mencari Allah. Kemudian setelah merasakan persatuan dengah Allah, dia akan mengajak sesamanya yang lain untuk merasakan pengalaman yang sama. Tidak malah seperti para ahli taurat yang menghalangi sesamanya untuk mendapat pengalaman yang sama. Kesucian dan kekudusaan itu harus diraih bersama-sama dengan berjalan bersama. Ketika kesucian dikejar dengan ambisius dan eksklusif demi diri sendiri, maka yang lahir hanyalah kesombongan hidup rohani. Semoga kita tidak jatuh pada mentalitas yang demikian.

[RP Yohanes Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm]