Renungan Harian

Renungan Harian 29 November 2023

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXXIV, Rabu, 29 November 2023

  • Bacaan Pertama: Nubuat Daniel 5:1-6.13-14.16-17.23-28

  • Mazmur Tanggapan: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: T.Daniel 3:62-67

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 21:12-19

Renungan Singkat : TEGURAN TUHAN

Tuhan menegur Raja Belsyazar pada saat mengadakan perjamuan besar bersama para pembesarnya. Dalam keadaan mabuk, ia menyuruh orang membawa perkakas yang telah diambil oleh Raja Nebukadnezar, ayahnya dari Bait Suci Yerusalem. Lalu para Raja dan para pembesarnya, para istri dan gundik mereka minum dari perkakas itu. Mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu (Dan.5:2-4). Teguran Tuhan tampak dalam rupa jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu (ay.5). Tulisan itu berbunyi, Mene, mene, tekel ufarsin. Daniel menerjemahkannya kepada Raja. Intinya ialah bahwa masa pemerintahan Raja dihitung oleh Tuhan dan sudah berakhir. Kerajaan akan diserahkan kepada orang lain yaitu Median dan Persia (ay. 25-28). Dalam Perjanjian Lama, seorang Raja pada waktu ia dinobatkan menerima urapan dengan minyak, mengenakan mahkota, berjanji akan memerintah menurut hukum Tuhan. Itulah sebabnya ia layak menerima penghormatan. Tetapi dia telah mengabaikan Tuhan dan melakukan yang jahat di mata-Nya. Ketidaksetiaan Raja mendatangkan kekecewaan Tuhan. Dia tidak mampu memelihara kepercayaan dari Tuhan. Dia menyalahgunakan kebaikan Tuhan. Salah satu godaan manusia di dunia ini adalah kekuasaan. Ketika dia sedang berkuasa, ia tergoda untuk bertindak sebagai penguasa mutlak. Tuhan sekalipun sebagai Sang Raja diabaikan. Ketika Tuhan luput dari kekuasaan, kejahatan dan keburukan akan menggerogoti.

Yesus mengantisipasi para murid-Nya akan berbagai tantangan yang mereka hadapi. Mereka akan ditangkap, dianiaya, dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa karena nama-Nya. Menarik bahwa ketika itu semua terjadi, para murid tidak perlu kuatir. Justru masa-masa itu hendaknya menjadi masa untuk bersaksi. Tidak sehelai rambut pun akan hilang. Kalau bertahan maka mereka akan memperoleh hidup (Luk.21:12-19). Yesus sedang mempersiapkan pikiran dan hati para murid menghadapi perutusan iman dengan tangguh. Kebanaran iman harus menjadi inti perutusan. Mereka tidak boleh merasa takut atau redup imannya ketika harus menghadapi penderitaan apapun bentuknya. Yesus memilih mereka. Ia juga mengurapi dan menyertai mereka dengan rahmat-rahmat yang dibutuhkan. Para murid sungguh membuktikan penyelenggaraan Ilahi dalam perutusan mereka. Mereka pergi ke berbagai penjuru dunia kemana diutus; mendedikasikan seluruh hidup demi pewartaan Injil. Hidup atau mati mereka sepenuhnya dipersembahkan demi mewartakan kabar baik. Dengan perutusan, mereka memelihara hidup kekal di surga.

Seperti para murid, Yesus memanggil kita juga menjadikan pewartaan sebagai inti perutusan. Dalam Evangelii gaudium, Paus Fransiskus berkata bahwa setiap orang berhak menerima Injil. Pada saat yang sama, umat beriman memiliki kewajiban mewartakan Injil tanpa mengabaikan seorangpun. Dalam hal ini pewartaan yang paling efektif ialah sikap hidup. Kita meneladankan hidup sebagai warga Negara dan Gereja yang baik. Tahu hak dan kewajiban. Seringkali terjadi kita hanya menuntut hak kita di hadapan orang lain. Dimana pun kita berada hendaknya hati penuh dengan kesetiaan kepada Tuhan. Seperti Yesus, kita hendaknya datang pertama-tama untuk melayani dan memberikan nyawa bagi banyak orang. Bukan untuk dilayani. Yesus juga mengajar kita untuk percaya sepenuhnya pada penyelenggaraan Ilahi. Seperti seorang anak kecil yang mudah percaya, demikian juga kita kiranya dengan mudah hati percaya kepada Dia. Inilah kesaksian kita. Teguran Tuhan dalam berbagai bentuk bisa terjadi bila kita menduakan-Nya; menurunkan martabat kita sebagai ciptaan yang mengemban gambar Tuhan dengan cara mabuk-mabukan. Berbahagialah orang yang membiarkan Tuhan mengendalikan hidupnya.

Tuhan memberkati.

RP Manaek Martinus Sinaga, O.Carm