Renungan Harian

Renungan Harian 10 April 2024

Bacaan Liturgis – Pekan II Paskah, Rabu, 10 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 5:17-26

  • Mazmur Tanggapan: Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 3:16-21

Renungan Singkat : Kasih Allah Begitu Besar

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, begitu besar kasih Allah itu! Pertanyaannya, seberapa besar kasih Allah yang dinyatakan kepada dunia ini? Seberapa besar kasih Allah yang dinyatakan kepada kita? Menurut hemat saya, kasih Allah itu sebesar Diri-Nya. Sebab Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Kasih adalah ukuran Diri-Nya. Kasih adalah hakikat Diri-Nya. Kasih adalah sifat Allah yang terbesar.

Santa Faustina memberikan pengakuan iman akan sifat Allah yang terbesar, yakni kasih-Nya. Sebagaimana dicatat dalam Buku Harian, dia menulis sebagai berikut, “Aku memahami bahwa sifat Allah yang terbesar adalah kasih dan kerahiman. Sifat ini menyatukan ciptaan dengan Pencipta. Kasih yang paling besar dan kerahiman yang paling dalam ini kukenal dalam penjelmaan Sang Sabda dan dalam penebusan (umat manusia); dan, di sinilah aku menyadari bahwa inilah sifat Allah yang paling besar” (BHSF, No. 180).

Kala Santa Faustina merenungkan sifat Allah yang menyatukan antara ciptaan atau dunia dan Pencipta atau Diri-Nya, ia kemudian menyadari bahwa kasih Allah yang terbesar dan kerahiman-Nya yang terdalam nyata, kelihatan, dapat dilihat dan dikenali dalam penjelmaan Sang Sabda dan dalam penebusan umat manusia.

Yesus, Sang Sabda yang telah menjadi manusia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15) dan penebusan-Nya atas umat manusia yang berdosa yang tidak dapat menyelamatkan diri sendiri dinyatakan saat Ia ditinggikan di salib. “Sebab,” kata Rasul Paulus, “di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan menurut kasih karunia-Nya” (Ef 1:7).

Dari tindakan-Nya menebus umat manusia dari segala dosa mereka menegaskan kebenaran firman yang disampaikan Yesus dalam Injil hari ini, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yoh 3:16-17). Inilah misi mulia dari Yesus, Anak Allah yang tunggal itu. Misi Yesus adalah misi Allah yang adalah kasih. Dengan demikian, misi Yesus adalah misi kasih. Misi kasih itu dinyatakan dengan menyelamatkan manusia yang masih dalam pengembaraan atau peziarahan di dunia ini.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Dia, mari kita mengambil bagian dalam misi kasih. Pertama, dengan cara senantiasa hidup dalam kasih Allah yang begitu besar itu, sehingga seorang pun “tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 8:39).

Kedua, dengan cara senantiasa hidup sebagai anak-anak Allah, sebuah martabat luhur yang diterima sejak Pembaptisan. Rasul Yohanes menulis dalam suratnya, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah” (1Yoh 3:1a). “Saudara-saudaraku yang kekasih,” sapa Rasul Yohanes, “sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan Diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (ay. 2).

Ketiga, dengan cara senantiasa percaya kepada Yesus, Anak Allah yang tunggal, supaya kita tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Konkritnya, melakukan seperti dinasihatkan oleh Rasul Paulus, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu” (Kol 2:6-7).

Saudara-saudara sekalian, kasih Allah itu begitu besar. Maka, tinggal di dalam kasih Allah adalah kunci untuk menjadi anak-anak Allah yang bisa memancarkan kasih bagi sesama. Hanya orang yang tinggal di dalam kasih Allah yang begitu besar itu, dia bisa menghadirkan kasih di mana tidak ada kasih. Ia dapat menghadirkan kasih, dimulai dari keluarga atau komunitas!

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]