Renungan Harian

Renungan Harian 28 Januari 2025

Bacaan Liturgis – PW Santo Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja, Selasa, 28 Januari 2025

  • Bacaan Pertama: Ibrani 10:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Ya Tuhan, kini aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 40:2.4ab.7-8a.10.11

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Terpujilah Engkau, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Mrk 3:31-35

Renungan Singkat : Menjadi Anggota Keluarga Yesus

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, setiap orang mempunyai keluarga. Ada orang yang memiliki ikatan keluarga cukup kuat; ada orang yang memiliki ikatan keluarga biasa-biasa saja dan ada orang yang ikatan keluarganya sedang tidak baik-baik saja sehingga tidak ada komunikasi yang membangun persaudaraan antar-anggota keluarga.

Para saudara, Gereja mengajarkan bahwa “ikatan keluarga memang penting, namun tidak absolut” (Katekismus Gereja Katolik, No. 2232). Itu berarti bahwa sebagai anggota keluarga, seseorang bisa memiliki ikatan yang lebih kuat dan absolut ketimbang ikatan dengan anggota keluarga. Ikatan macam apa itu?

Hari ini Yesus membuka wawasan kita, murid-murid-Nya, mengenai keluarga. Bermula ketika Yesus sedang mengajar di dalam rumah (ibadat), dikelilingi oleh orang banyak, Ia diberitahu orang, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau” (Mrk 3:32).

Dengan berkata, “Lihat, ….” pemberi informasi berharap agar Yesus mengarahkan pandangan-Nya keluar, kepada keluarga-Nya, ibu dan saudara-saudara-Nya yang menunggu di luar dan ingin menemui-Nya. Apa motivasi mereka, penginjil Markus tidak mencatatnya.

Namun, dengan informasi tersebut ternyata Yesus tidak langsung menutup sesi pengajaran-Nya, meninggalkan mereka dan menjumpai keluarga-Nya, tidak! Yesus malah mengajukan pertanyaan menantang, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku? Dua pertanyaan penting Ia lontarkan kepada orang banyak yang duduk mengeliling-Nya dan mendengarkan pengajaran-Nya.

Dua pertanyaan Yesus dilontarkan kepada para pendengar-Nya sembari memandang mereka penuh perhatian. Dua pertanyaan tersebut sejatinya merupakan sebuah undangan agar para audiens mulai memikirkan dan merenungkan secara lebih mendalam soal relasi dan ikatan keluarga secara natural, alami, fisik, yang memang penting namun tidak absolut.

Menariknya, bahwa sebelum salah satu dari antara mereka menjawab, seperti dicatat oleh penginjil Markus, “Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu, lalu berkata, ‘Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!” (ay. 34). Apakah dengan pernyataan Yesus ini berarti Dia menyangkal bahwa Maria adalah ibu-Nya dan orang-orang yang berada di luar adalah saudara-saudara-Nya? Tidak bisa disimpulkan demikian.

Sebab, pernyataan Yesus hendak menegaskan bahwa ikatan keluarga secara fisik, memiliki hubungan darah, bukanlah sebuah ikatan yang absolut dan utama. Ada ikatan dan relasi yang jauh lebih utama, jauh lebih penting, jauh lebih menentukan hidup selanjutnya, yakni ikatan dan relasi spiritual, yang ditandai dengan kesediaan dan keterbukaan hati untuk melakukan kehendak Allah.

Itulah sebabnya, Yesus menutup Injil hari ini dengan mengatakan, “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku!” (ay. 35). Dengan pernyataan ini Yesus memperluas lingkup keluarga-Nya pada siapa saja yang taat kepada Allah dan mau melakukan kehendak-Nya. Dengan demikian, persaudaraan yang berlandaskan Allah dan kehendak-Nya jauh lebih kuat daripada yang berlandaskan kesamaan hubungan darah.

Yesus adalah contoh dan teladan yang taat kepada Allah dan kehendak-Nya. Hal ini dapat kita baca dan dengar dari bacaan pertama, “Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu” (Ibr 10:9; bdk. ay. 7 dan refren Mazmur Tanggapan).

Oleh sebab itu, para saudara seiman, jika kita meneladan Yesus, Sang Guru, kita menjadi murid-murid-Nya dan hidup dalam ketaatan kepada Allah dan kehendak-Nya, maka kita pun masuk dalam bilangan keluarga Yesus. Apakah saudara bahagia dan bangga masuk dalam bilangan keluarga Yesus? Apakah saudara terus berusaha untuk hidup dalam “lingkaran” keluarga Yesus? Lakukan kehendak Allah!

Seperti pengakuan Santa Faustina yang dicatat dalam Buku Hariannya, “Aku mawas diri dan merenung cukup lama mengenai bagamana aku memenuhi kehendak Allah dan bagaimana aku memetik manfaat dari waktu yang telah diberikan Allah kepadaku” (BHSF, No. 515).

Para saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita mohon rahmat Allah agar dapat melakukan kehendak-Nya dan dengan cara itu kita menjadi anggota keluarga Yesus, atau menjadi anggota keluarga Allah (Katekismus Gereja Katolik, No. 2233). Santo Tomas Aquinas, karena ketaatannya kepada Allah dan kehendak-Nya, selain menjadi anggota keluarga Yesus atau keluarga Allah di bumi, juga menjadi seorang kudus di surga.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]