Bulan Keluarga 2025

Alamku Imanku

Masa Adven 2025

Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Minggu 07 Desember 2025

Bacaan Liturgis – Hari Minggu Adven II, 07 Desember 2025

  • Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 11:1-10

  • Mazmur Tanggapan: Keadilan akan berkembang pada zamannya, dan damai sejahtera akan berlimpah sampai s’lama-lamanya.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2.7-8.12-13.17

  • Bacaan Kedua: Roma 15:4-9

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya; dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Matius 3:1-12

Renungan Singkat :

Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah Dekat!

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memasuki hari Minggu Adven II. Hari Minggu Adven II ini menampilkan tokoh Adven bernama Yohanes Pembaptis.

Sejak kelahirannya Yohanes Pembaptis telah dinubuatkan oleh ayahnya, Zakharia, bahwa ia “akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi” (Luk 1:76). Mengapa disebut demikian? Kata Zakharia tentang anaknya ini, “Karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita…” (ay. 76-77). Itulah sebabnya, ketika tampil di padang gurun Yudea, ia berkata, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat 3:2).

Mari kita perhatikan seruan Yohanes Pembaptis ini, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat 3:2). Seruan ini persis sama dengan seruan Yesus ketika Ia tampil di Galilea, setelah Yohanes Pembaptis ditangkap. Yesus berkata, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat 4:17). Anda lihat dan perhatikan, kalimatnya sama persis, bukan? Apa artinya ini? Yohanes Pembaptis itu sungguh pendahulu Yesus. Ia berjalan mendahului Yesus mempersiapkan jalan bagi-Nya, seperti dinubuatkan oleh Zakharia, ayahnya. Itu berarti, nubuat ayahnya benar, dan terbukti.

Sebagai seorang nabi, ia tampil cukup “nyentrik”, karena mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang dari kulit, makanannya belalang dan minumannya madu hutan. Pribadinya menarik bagi banyak orang. Buktinya, “datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan seluruh daerah sekitar Yordan” (ay. 5). Apa yang mereka lakukan? “Sambil mengaku dosanya, mereka dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan” (ay. 6).

Saudara-saudara, penginjil mencatat bahwa ketika melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, Yohanes Pembaptis berkata kepada mereka cukup panjang lebar. Saya kutipkan sebagian, “Hai kamu keturunan ular berbisa! Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (ay. 7-8).

Kata-kata sang nabi ini cukup keras. Betapa tidak, mereka disebut keturunan ular berbisa (ay. 7). Mereka disebut anak-anak ular berbisa, bukan keturunan manusia. Padahal, mereka adalah keturunan Abraham. Mereka adalah bangsa pilihan Allah. Lantas mengapa Yohanes Pembaptis berkata demikian? Apa maksudnya? Apakah mereka tidak tersinggung atau sakit hati? Entahlah, Penginjil tidak mencatatnya.

Sebagai seorang nabi, Yohanes Pembaptis memberikan peringatan keras kepada banyak orang Farisi dan orang Saduki. Bisa jadi, karena mereka memiliki sifat ular, suka mendesis. Maksudnya, mereka adalah orang-orang yang bertelinga, namun demikian mereka masih lebih suka berkata dengan “berbisik-bisik” tentang orang lain dan itu tidak benar; atau mereka lebih suka mendengarkan bisikan-bisikan busuk si ular, lambang dari si iblis, yang adalah “pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:44).

Jadi, kalau si ular atau si iblis itu adalah bapa segala dusta, demikian juga anak-anaknya adalah para pendusta, tidak ada kebenaran dalam diri mereka. Itulah yang ada dalam diri banyak orang Farisi dan orang Saduki yang disebut keturunan ular berbisa. Kata-kata dusta mereka menjadi racun berbisa yang membahayakan keselamatan orang lain yang ingin hidup dalam kebenaran.

Bagi Yohanes Pembaptis, kalau banyak orang Farisi dan orang Saduki ini ikut dibaptis, tidak pernah cukup untuk menjadikan diri mereka saleh di hadapan manusia, kalau dari dalam diri mereka tidak ada keputusan dan komitmen untuk hidup dalam kebenaran, untuk bertobat. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis berkata, “Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” Murka siapa? Murka Allah! Namun, Allah murka hanya jika manusia tidak mau bertobat, apabila manusia bersikukuh, berkeras kepala, tegar hati dan tidak mau hidup dalam kebenaran. Bertobat berarti mau hidup dalam kebenaran dan kejujuran.

Selama orang tidak hidup dalam kebenaran, ia tidak pernah mengalami damai di dalam hatinya. Misalnya, apakah benar jika orang menyimpan rasa benci terhadap saudaranya? Tidak benar. Apa yang dia lakukan, yakni menyimpan rasa benci terhadap saudaranya, juga bukan tindakan yang benar. Maka, selama ia menyimpan kebencian terhadap saudaranya, ia tidak akan pernah tenang hidupnya. Ia tidak hidup dalam damai. Karena itu, dalam keluarga ia tidak pernah akan nyaman. Demikian juga ketika berjumpa dengan orang lain, ia tidak akan merasa nyaman. Ia tampil dengan “muka kering” atau cemberut. Hanya jika ia bertobat, mau berhenti menyimpan rasa benci terhadap saudaranya, mau mengampuni saudaranya itu, ia akan hidup benar, damai dan bahagia.

Saudara-saudari, kita pun sudah memberi diri dibaptis. “Tempat pertobatan yang pertama dan mendasar adalah Sakramen Pembaptisan” (Katekismus Gereja Katolik, No. 1428). Bisa disebut juga pertobatan pertama. “Pertobatan kedua adalah tugas yang terus-menerus untuk seluruh Gereja” (Ibid.). Itu berarti, Anda dan saya juga memiliki tugas yang tidak pernah mengenal “selesai” selama masih diberi kesempatan untuk hidup di bumi ini; kita perlu terus-menerus bertobat dan bertobat terus-menerus. Dalam bimbingan Roh Kudus kita akan tahu dalam hal apa kita mesti bertobat.

Mari kita bertobat. Kalau kita sering lupa akan tugas kita untuk bertobat, hari ini Yohanes Pembaptis mengingatkan kita, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”

[RP Agustinus Ari Pawarto, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm