Bulan Keluarga 2025

Alamku Imanku

Masa Adven 2025

Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Selasa 09 Desember 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Adven II, Selasa, 09 Desember 2025

  • Bacaan Pertama: Kitab Yesaya 40:1-11

  • Mazmur Tanggapan: Lihat, Tuhan datang dengan kekuatan!

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2.3.10ac.11-12.13

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Alleluya. Hari Tuhan sudah dekat, Ia datang sebagai Penyelamat. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Matius 18:12-14

Renungan Singkat : 

Ia Menghendaki Kita Selamat, bukan Sesat

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, data terbaru dari BNPB yang dikeluarkan hari Sabtu sore (6/12/2025), jumlah korban bencana alam tanah longsong dan banjir bandang di Pulau Sumatera yang melanda tiga provinsi, yaktu Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, sebanyak 914 jiwa meninggal. Sedangkan korban hilang di tiga provinsi tersebut tercatat 389 jiwa.

Hingga hari itu, bahkan hingga hari ini, Selasa (9/12/2025) Tim SAR masih berjibaku mencari korban yang dinyatakan hilang. Mengapa korban yang hilang, yang sudah berlangsung lebih dari dua minggu tersebut masih dicari dan diharapkan bisa ditemukan? Mengapa mereka masih mau bersusah-susah? Mengapa mereka mau berkorban sedemikian besar dan bekerja seperti tak kenal lelah? Karena para korban yang hilang dan belum ditemukan tersebut adalah pribadi-pribadi yang berharga, yang kalaupun sudah meninggal dan ditemukan jazadnya bisa dimakamkan secara manusiawi sebab mereka adalah pribadi-pribadi yang bermartabat.

Jangankan 389 orang, satu orang saja hilang harus pasti dan dicari. Itulah sebabnya dalam Injil hari ini Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan tentang seekor domba yang hilang atau sesat. Mengapa sang gembala “meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, lalu pergi mencari yang sesat itu” (Mat 18:12)? Karena tanpa seekor yang hilang atau sesat itu, sang gembala tidak lagi memiliki seratus ekor domba. Artinya, kehadiran yang seekor domba itu menentukan keutuhannya, yang berjumlah seratus ekor domba.

Selain itu, seekor domba tetaplah penting bagi sang pemilik domba. Sebab itu, ia rela mencari yang seekor itu hingga menemukannya. Ia juga yakin bahwa sekalipun mereka ditinggal untuk mencari yang seekor, kawanan domba yang berjumlah sembilan puluh sembilan ekor tersebut tetap dalam satu kawanan dan tidak akan berhamburan atau terpencar ke mana-mana seenaknya sendiri.

“Demikian pula,” kata Yesus dalam perumpamaan ini, “Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang” (ay. 14). Jika ada satu saja yang hilang, ia akan dicari hingga ditemukan. Sebab, ketika ia hilang atau tersesat, ia tidak tahu jalan yang harus ditempuh, jalan yang menuju kepada kawanan domba. Ia membutuhkan seorang penolong, sebab ia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Ia membutuhkan seorang Penyelamat. Penyelamat itu tidak lain adalah Yesus, Dia adalah “Anak Manusia (yang) datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10).

Saudara-saudara, kita tentunya tidak ingin hilang dari kawanan domba Yesus dan dari persekutuan anak-anak Allah, Bapa yang ada di surga, yang tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak-Nya hilang. Hati Bapa yang demikian ini perlu dipahami dan dipegang teguh. Sebab, kehilangan satu dari anak-anak-Nya saja Ia pasti sedih oleh karena kasih sayang-Nya yang begitu besar kepadanya.

Lantas bagaimana caranya agar kita tidak hilang atau sesat, alias selalu berada dalam persekutuan anak-anak Bapa yang di surga dan satu kawanan domba Yesus? Pertama, selalu dekat dengan Yesus dan bahkan selalu bersama-Nya, Sang Gembala yang baik dan murah hati (Mzm 23). Bahkan selalu menjadikan Yesus sebagai gembala yang membimbing, menyegarkan jiwa dan menuntun kita di jalan yang benar (ay. 1-3).

Kedua, selalu menempatkan Tuhan sebagai penjaga dan naungan hidup kita (Mzm 121:5). Ketiga, selalu berada dalam (subsistit in) Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium, No. 8).

Ketiga, selalu hidup dalam ikatan persekutuan yang tampak pada: pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para Rasul; perayaan ibadat bersama, terutama Sakramen-sakramen; suksesi apostolik, yang oleh Sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah, alias hidup tidak menyendiri atau memisahkan diri (Katekismus Gereja Katolik, No. 815).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, mari kita lakukan keempat cara tersebut agar kita tidak hilang sebagai anak-anak Bapa yang di surga. Pasalnya, Ia menghendaki agar kita semua selamat, bukan sesat.

[RP Agustinus Ari Pawarto, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm