Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Senin 29 Desember 2025

Bacaan Liturgis – Hari Kelima dalam Oktaf Natal, Senin, 29 Desember 2025

  • Bacaan Pertama: 1 Yohanes 2:3-11

  • Mazmur Tanggapan: Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Kristuslah cahaya yang menerangi para bangsa, Dialah kemuliaan bagi umat Allah. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 2:22-35

Renungan Singkat : Madah bagi Tuhan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Santa Teresa dari Kalkuta pernah berkata, “Hidup adalah sebuah madah, nyanyikanlah itu.” Hidup ini sebenarnya begitu berarti, bermakna dan berharga sehingga menggerakkan orang untuk menjadikannya sebuah madah, nyanyian pujian. Hidup yang demikian pasti menyenangkan, tidak menjadi beban.

Namun, kita tetap perlu realistis bahwa tidak semua orang mampu memandang hidup ini sebagai sebuah anugerah, yang mana Allah telah melakukan banyak hal lebih daripada yang orang pikirkan, bayangkan atau harapkan. Tidak semua orang memandang hidup ini sebagai sebuah kesempatan untuk mengalami bahwa yang namanya keselamatan selalu datang dari Tuhan dan manusia bisa menerimanya tanpa perlu membelinya.

Lantas, bagaimana agar orang bisa berpikiran positif tentang hidup ini? Bagaimana agar orang bisa menjadikan hidup ini sebagai sebuah madah pujian bagi Tuhan yang telah menyatakan keselamatan-Nya di bumi, bagi manusia yang percaya dan mengasihi Dia? Bagaimana agar orang bisa melihat hidup ini sebagai sebuah kesempatan untuk mengalami keselamatan yang dari pada-Nya?

Kita bisa belajar dari Simeon, yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Ia adalah seorang warga Yerusalem, yang benar dan saleh hidupnya, sama seperti pasutri senior bernama Zakharia dan Elisabet. “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (Luk 1:6). Luar biasa orang-orang senior ini. Orang-orang seperti ini pasti bahagia di usia lanjut. Semoga mereka menginspirasi banyak orang zaman ini, yang mampu memandang hidup ini dalam terang Tuhan dan Roh Kudus-Nya sehingga selalu memancarkan aura optimisme hidup dari wajah mereka.

Dikisahkan juga bahwa Simeon selalu hidup dengan optimis, hidup dalam pengharapan, yang senantiasa menantikan penghiburan bagi Israel, bukan bagi dirinya. Bisa jadi sepanjang hidupnya ia menantikan dengan setia kedatangan Tuhan yang akan menghibur umat-Nya. Hal ini dimungkinkan karena Roh Kudus ada di atasnya (Luk 2:25). Roh Kudus inilah yang mendorong dia untuk datang ke Bait Allah, karena di Bait Allah itulah kanak-kanak Yesus dibawa masuk oleh kedua orang tua-Nya, Yusuf dan Maria, sehingga dia bisa menyambut Anak itu dan menatang-Nya.

Saat menatang kanak-kanak Yesus, Simeon memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (ay. 29-32). Inilah madah Simeon, sebuah madah yang indah. Hidupnya yang sudah lanjut ditandai dengan sebuah madah pujian.

Hidup Simeon dilukiskan sebagai sebuah tahap mencapai puncak kebahagiaannya, sehingga dia berseru, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa” (ay. 29-31).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kesediaan Simeon untuk pergi dalam damai sejahtera mengingatkan kita akan perutusan saat akhir Misa, “Saudara-saudari, pergilah dalam damai, Misa sudah selesai.” Setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam Ekaristi, merayakan keselamatan yang dari Tuhan, kita diutus untuk pergi dalam damai sejahtera. Perutusan tersebut mesti menjiwai hari-hari hidup kita.

Semoga kita bisa menjadikan hari-hari perutusan kita sebagai sebuah madah bagi Tuhan. Sebab, dari pada-Nya kita telah melihat dan mengalami keselamatan.

[RP Agustinus Ari Pawarto, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm