Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Selasa 30 Desember 2025

Bacaan Liturgis – Hari Keenam dalam Oktaf Natal, Selasa, 30 Desember 2025

  • Bacaan Pertama: 1 Yohanes 2:12-17

  • Mazmur Tanggapan: Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 96:7-8a.8b-9.10

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Inilah hari yang suci! Marilah, hai para bangsa, sujudlah di hadapan Tuhan, sebab cahaya gemilang menyinari seluruh muka bumi. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 2:36-40

Renungan Singkat : Meski Tidak Sehebat Nabiah Hana

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, banyak orang takut menjadi tua. Banyak orang tua takut disebut atau dikelompokkan pada kaum lansia. Itulah sebabnya rambut mereka selalu dicat hitam, meski aslinya sudah memutiih.

Alasan lain, banyak orang lanjut usia yang dipandang sebelah mata. Mereka dipandang sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal, mereka bisa melakukan banyak hal, baik yang bersifat profan, seperti berbisnis, memasak, menjahit, merenda dan sebagainya maupun melakukan hal-hal yang bersifat spiritual.

Seorang nabi perempuan, disebut nabiah, anak Fanuel dari suku Asyer, yang mendiami bagian utara Palestina, bernama Hana adalah contoh seorang lansia energik karena masih bisa melakukan banyak hal. Ia sangat lanjut usianya, yakni 84 tahun (Luk 2:37). Namun demikian, ia tidak mau hanya tinggal di rumah saja. Bahkan, “Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa” (ay. 37b).

Nabiah Hana sungguh tampil sebagai seorang nabiah dan lansia teladan. Ia layak disebut santa di zaman Yesus lahir. Pasalnya, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah kepada Allah dengan berpuasa dan berdoa.

Di zaman sekarang ini, adakah lansia seusia Nabiah Hana yang tekun dan rajin pergi ke gereja setiap hari untuk beribadah, untuk merayakan Ekaristi? Adakah lansia seusia Nabiah Hana yang tekun berpuasa dan berdoa? Bisa pergi ke gereja pada hari Minggu saja sudah bersyukur.

Para saudara yang dikasihi Tuhan, penginjil Lukas mencatat bahwa pada hari kanak-kanak Yesus dipersembahkan di Bait Allah, Nabiah Hana juga datang ke Bait Allah dan mengucap syukur kepada Allah serta berbicara tentang kanak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (ay. 38).

Nabiah Hana berbicara artinya bernubuat tentang Yesus yang masih kecil, yang dia lihat sedang dipersembahkan di Bait Allah. Bahwa Dialah yang akan mendatangkan kelepasan atau penebusan atau penyelamatan untuk Yerusalem atau “seluruh bangsa” (Luk 2:10).

Dengan melihat kanak-kanak Yesus dipersembahkan di Bait Allah, Nabiah Hana berdoa, mengucap syukur kepada Allah, sebagai suatu tindakan personal antara dirinya dan Allahnya. Selain itu, dia juga berbicara, bernubuat, mewartakan tentang apa yang akan Yesus lakukan di kemudian hari, yakni menyangkut keselamatan umat manusia. Inilah kata-kata profetis yang selalu relevan sepanjang zaman.

Para saudara yang dikasihi Tuhan, bercermin pada Nabiah Hana, hidup dan karyanya, kita pun tidak bisa memandang kaum lansia zaman sekarang dengan sebelah mata. Sebab, pada usia lanjut banyak di antara mereka yang masih bisa berkarya bahkan menjadi pewarta tentang Tuhan Yesus dan meneguhkan iman banyak orang. Banyak lansia teladan dan beriman yang tidak pernah berhenti memaknai diri.

Itulah sebabnya, Paus Fransiskus pernah berkata, “Kita harus membangkitkan kembali kesadaran kolektif rasa syukur, penghargaan, keramah-tamahan, yang membuat kaum lanjut usia merasa menjadi bagian komunitasnya” (Seruan Apostolik Sukacita Kasih, No. 191).

Benar bahwa kita, juga dalam keluarga, harus membangkitkan kembali kesadaran kolektif rasa syukur, penghargaan atau apresiasi, keramah-tamahan, yang membuat kaum lanjut usia merasa diterima dan menjadi bagian di komunitasnya, atau di rumahnya. Oleh sebab itu, kata Paus Fransiskus, “Keluarga yang gagal menghormati dan memedulikan kakek-neneknya, yang merupakan ingatan hidup mereka, adalah keluarga yang terpecah-belah, sementara keluarga yang mengingat adalah keluarga yang memiliki masa depan” (Ibid., No. 193).

Para saudara, kaum lansia, meski tidak sehebat Nabiah Hana dan lansia teladan, sering memberikan percikan kebijaksanaan yang merupakan buah dari hidup beriman yang mereka hayati. Oleh karena itu, mari kita terus berusaha agar jangan sampai gagal menghormati dan memedulikan kakek-nenek kita, para lansia, yang telah melakukan banyak hal dan yang masih bisa melakukan banyak hal bagi dan dalam keluarganya, atau bahkan bagi banyak orang.

[RP Agustinus Ari Pawarto, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm