Bulan Kitab Suci Nasional 2025

1 - 30 September 2025

Kapel Adorasi

Santa Teresia Benedikta dari Salib

06.30 WIB - 22.00 WIB

Ziarah Porta Sancta

Paroki Meruya (Tutup Sementara 17-20 April)

08.00 WIB - 20.00 WIB

Tahun Yubileum 2025

Peziarah Pengharapan

24 Desember 2024 - 06 Januari 2026

Pendampingan Romo Moderator

Tahun 2025

Silahkan Klik Lebih Lanjut

Jadwal Petugas Tata Tertib 2025

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Rabu 17 September 2025

Bacaan Liturgis – Pekan Biasa XXIV, Rabu, 17 September 2025

  • Bacaan Pertama: 1 Timotius 3:14-16

  • Mazmur Tanggapan: Agunglah karya Tuhan.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2.3-4.5-6

  • Bait Pengantar Injil: Alleluya. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Lukas 7:31-35

Renungan Singkat : Orang-orang yang (Tidak) Berhikmat

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, orang yang memiliki hikmat disebut berhikmat. Lantas apa tandanya bahwa seseorang berhikmat? Adakah tolok ukurnya sehingga bisa dipastikan bahwa ia berhikmat?

Dalam suratnya bab 3 perikop terakhir, Santo Yakobus berbicara tentang “hikmat yang dari atas”. Seperti apa itu? Dia menulis demikian, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yak 3:17).

Dalam keyakinan Santo Yakobus, orang yang berhikmat itu pertama-tama murni. Kata “murni” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa berarti polos, asli, jernih. Misalnya, pikirannya murni dalam arti jernih, tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain yang bisa bikin pikiran menjadi kotor. Sebab itu, orang yang berhikmat punya buah pikiran yang jernih, tidak kotor, tidak merusak dan tidak menyesatkan orang lain.

Selain murni, orang yang berhimat itu pendamai atau pembawa damai dan inilah ciri-ciri anak-anak Allah (lih. Mat 5:9). Selanjutnya, ia peramah, bukan pemarah (lih. 1Kor 13:5), makanya orang yang pemarah pasti bukan orang berhikmat. Selain itu ia penurut, bukan pemberontak; ia juga penuh belas kasihan, suka memaafkan, tidak menyimpan rasa benci atau dendam terhadap orang lain (bdk. 1Kor 13:5). Selain itu, berhikmat juga bisa dikenali dari buah-buah yang baik yang dihasilkan dari perbuatannya setiap hari, termasuk misalnya tidak memihak dan tidak munafik.

Berdasarkan ciri-ciri hikmat yang dari atas tersebut, maka orang yang berhikmat bisa menjadi “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:14). Yesus Kristus adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, karena Ia sendiri adalah sang kebenaran (lih. Yoh 14:6). Dia “telah menampakkan Diri-Nya kepada malaikat-malaikat dan diberitakan di antara para bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia diimani di dunia dan diangkat ke dalam kemuliaan” (1Tim 3:16).

Sayangnya, ketika Yesus datang dan hidup seperti orang-orang lain pada umumnya, – Ia makan dan minum - namun orang-orang yang sama ini menuduh bahwa Yesus terlampau menikmati hidup. Mereka berkata, “Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Luk 7:34). Di mata mereka, tindakan Yesus, juga Yohanes (ay. 33), tidak ada yang benar. Sebaik apa pun yang Yesus dan Yohanes lakukan, di mata mereka tidak ada yang baik dan benar. Komentar mereka selalu negatif, inilah kejahatan mereka, yang bersumber dari hati yang jahat. Dengan kejahatan mereka, dari buah-buah yang tidak baik, jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berhikmat (bdk ay. 35).

Para saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, kita perlu mohon bimbingan Roh Kudus agar kita menjadi orang-orang yang berhikmat, yang tidak berlaku jahat terhadap sesama, yang tidak selalu menyalahkan orang lain, yang pendamai, pemaaf, penurut dan yang tidak takut bersaksi tentang kebenaran serta bekerja dengan hati yang tulus sehingga menghasilkan buah-buah yang baik. Tuhan memberkati.

[Rm A. Ari Pawarto, O.Carm]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Merayakan Pertobatan" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm