APP 2025 - Pertemuan 1: Spiritualitas Inkarnasi & Belarasa
PENGANTAR
Dalam refleksinya kepada jemaat di Filipi, Paulus menulis misteri inkarnasi: “walaupun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2:6-7). Dengan gerak turun Allah ini, disempurnakan oleh Tuhan Yesus yang secara konsisten menunjukkan gerakan berbela rasa (compassion), dengan hadir dan terlibat dalam suka dan duka manusia. Inilah panggilan dasar Gereja ketika hadir di tengah dunia. Dalam pertemuan APP pertama ini, kita diundang untuk menggali bersama-sama aneka pengalaman dimana Allah melibatkan kita dalam karya keselamatan-Nya bagi dunia.
DOA PEMBUKA
Ya Allah, Sumber Kerahiman, betapa kami bersyukur karena Engkau sudi hadir secara nyata dalam rupa manusia dalam pribadi Yesus Kristus untuk menyelamatkan kami. Gerakanlah hati, pikiran, seluruh diri kami untuk memberikan pengharapan yang nyata dan kepedulian kepada mereka yang menderita dan membutuhkan perhatian. Jadikanlah hidup kami menjadi sumber sukacita bagi banyak orang, sehingga kami menjadi perpanjangan tangan-Mu yang penuh kasih di tengah dunia. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
BACAAN KITAB SUCI
(Luk 7:11-17)
Segera setelah itu Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong pergi bersama Dia.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, “Jangan menangis!”
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu: bangkitlah!” Orang itu pun bangun dan duduk serta mulai berkata-kata, lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
Lalu tersebarlah kabar tentang Yesus di seluruh tanah orang Yahudi dan di seluruh daerah sekitarnya.
REFLEKSI / RENUNGAN KITAB SUCI
Nama Nain dalam bahasa Ibrani berarti “padang rumput hijau”. Pada waktu itu Nain adalah kota yang indah permai, yang menjadi impian banyak orang. Di perbatasan kota Nain, Tuhan Yesus berjumpa dengan seorang janda bersama para pengusung jenazah anak laki- laki satu-satunya.
Hal ini adalah simbol bahwa janda ini sudah bersiap meninggalkan semua kebahagian yang dulu pernah dimilikinya, ketika suami dan anak laki-lakinya masih ada. Dalam masyarakat Yahudi kuno, ketika seorang istri kehilangan suami, biasanya ia kehilangan juga sumber penghidupan dan perlindungannya. Status janda sering dikaitkan dengan kemiskinan dan kerentanan sosial, karena ia hanya bisa bergantung pada anak laki-laki (kalau punya) atau keluarga besarnya untuk menyambung hidupnya. Maka dari itu anak laki-laki bagi seorang janda adalah simbol harapan, pewaris, dan perlindungan satu-satunya. Janda di Nain dalam kisah ini bukan hanya hancur secara emosional saja, tetapi juga kehilangan seluruh jaminan hidupnya. Dalam beberapa kasus, para imam, pemimpin religius pun, sering kali tidak bisa berbuat apa-apa ketika rumah-rumah para janda direbut oleh mereka yang lebih berkuasa. Janda di Nain adalah gambaran pihak terlemah dalam masyarakat.
Tindakan Yesus yang menghampiri ibu ini menunjukkan perhatian- Nya kepada orang-orang yang berada di posisi paling lemah dan tersingkir. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan (Lukas 7:13) ketika Ia melihat penderitaan mengerikan janda tersebut. Belas kasih-Nya bukan hanya sebuah ide atau emosi sesaat, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata, yaitu menghidupkan kembali anaknya. Tuhan Yesus memulihkan keadaan janda di Nain secara menyeluruh, sehingga janda ini bisa diterima kembali dalam keluarga dan masyarakatnya.
Di dalam Kristus tidak ada situasi yang terlalu sulit untuk dipulihkan. Kita dipanggil untuk hadir secara nyata dalam kehidupan orang lain, terutama mereka yang menderita. Kita juga dipanggil untuk mewujudkan "inkarnasi kecil" dengan cara menghadirkan cinta kasih Allah di tempat dan situasi kita masing-masing.
Kita diajak untuk melihat bahwa ketidakadilan di tengah dunia sekalipun adalah tempat perjumpaan manusia dengan Allah. Setiap tindakan, sekecil apa pun itu, bisa menjadi wujud perpanjangan kasih Allah bagi sesama.
KISAH INSPIRATIF
Kisah Suster Irena OCU dari Kelompok Laudato-si.
Gambaran janda di Nain bisa membantu kita untuk melihat gambaran “ibu bumi” yang sedang mengalami penderitaan karena hancur dirusak oleh ulah manusia. Alam menjerit dan menangis karena keserakahan dan ego manusia. Melalui Paus Fransiskus, Gereja mau menyampaikan pesan bahwa alam, yang sebetulnya adalah anugerah Allah, kini berubah, sebab tidak lagi bersahabat. Muncul banyak problem, seperti: orang sakit, polusi udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh timbunan sampah, limbah makanan yang dibuang-buang, limbah industri, penggunaan bahan kimia berbahaya. Itu semua telah mengancam kelangsungan ekosistem kehidupan manusia.
Ketika bumi tidak lagi sehat, manusia juga menjadi tidak sehat. Manusia semakin dijauhkan dari alam, bahkan berada di posisi yang “memusuhi alam”. Korban dari kerusakan alam adalah masyarakat miskin yang kehilangan kualitas hidup, seperti kesehatan yang memburuk, kelangkaan pangan. Edukasi terhadap kelestarian lingkungan pun hanya sebatas wacana belaka. Sungguh, ini sebuah lingkaran setan yang harus diputus dengan segera.
Apa yang bisa kita perbuat sebagai tanda syukur kita untuk memulihkan bumi? Kita bisa menggali inspirasi dari kisah janda di Nain yang dipulihkan martabatnya.
Martabat alam sebagai ciptaan yang dikatakan oleh Allah dengan predikat “baik” pun harus dipulihkan. Ibu bumi adalah ibu kita bersama. Di tempat inilah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan ada bersama-sama. Ketiganya seharusnya bersinergi karena setiap ciptaan Tuhan mempunyai perannya masing-masing dalam merawat bumi.
Kelompok Laudato si yang dipimpin Suster Irene OSU, memberi inspirasi sederhana dan nyata. Kelompok ini yang berdiri sejak tahun 2022. Kini mereka telah tersebar di 22 keuskupan yang tergerak untuk terlibat membantu membersihkan dan mengolah sampah pada Perayaan Misa akbar dengan Bapak Paus di Stadion Gelora Bung Karno, September 2024. Tindakan sederhana mereka sungguh mengedukasi sesama untuk membangun kesadaran bahwa bumi sebagai rumah kita bersama. Menjaga Ibu bumi beserta seluruh isinya sungguh memberi harapan baru bagi kelanjutan kehidupan generasi selanjutnya.
IMPLEMENTASI PASTORAL
- Terkadang kita melewatkan begitu saja pengalaman Allah menyelamatkan hidup kita dan menganggapnya hanya sebagai peristiwa kebetulan belaka. Kita perlu kacamata iman untuk meneropong pengalaman hidup kita itu, sekecil apapun itu.
- Kita pasti pernah terlibat dalam memberi dukungan atau pertolongan entah besar atau kecil kepada sesama di sekitar kita. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, kita pun harus mensyukuri pengalaman itu sebagai suatu pengalaman iman yang nyata.
DINAMIKA KELOMPOK (Sharing Iman)
Fasilitator dan peserta pertemuan berbagi cerita tentang:
- Suka duka / perjuangan hidup dan pengalaman Allah berbelas kasih dan menyelamatkan kita.
- Pengalaman keterlibatan menolong sesama: keberhasilan dan kegembiraannya; tantangan dan kesulitan yang dihadapi.
DOA UMAT
Fasilitator memulai doa singkat, kemudian mempersilahkan umat yang tergerak untuk berdoa spontan dan dilanjutkan dengan doa Bapa Kami + Salam Maria
REFLEKSI PENUTUP
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. (Flp. 2: 5-8)
Penting untuk “menyentuh kemiskinan” ketika Anda memberi sedekah, apakah Anda menyentuh tangan pengemis itu? Apakah Anda menatap matanya? Atau apakah Anda melemparkan uang kepadanya dari jauh agar tidak menyentuhnya? (Pidato Paus Fransiskus Katedral Jakarta, 4 September 2024)
DOA PENUTUP
Allah Bapa yang baik, kami bersyukur dan berterima kasih dalam pertemuan ini. Engkau hadir, membimbing kami dengan Roh Kudus-Mu agar tergerak hati berbelas kasih terlibat menolong sesama. Semoga kami semakin menyadari tugas perutusan kami bertindak secara nyata menghadirkan cinta kasih Allah dalam kehidupan orang lain, terutama mereka yang menderita. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin
Materi Tayang
Video Pengarahan Sosialisasi Pertemuan Pertama
Pertemuan dan Bahan Lainnya
Berikut ini Tema Pertemuan Per Minggu, silahkan klik sesuai dengan minggu pertemuan:
- Pertemuan II: Melihat dengan Mata Hati (klik disini)
- Pertemuan III: Diskresi Menentukan Komitmen (klik disini)
- Pertemuan IV: Merencanakan Aksi Nyata (klik disini)
Atau Kembali ke halaman utama (klik disini)