Berita dan Artikel

APP 2025 Pertemuan 4 - Merencanakan Aksi Nyata

APP 2025 - Pertemuan 4: Merencanakan Aksi Nyata

PENGANTAR

Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan orang lain dalam sebuah relasi kasih. Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia memberi teladan dalam menjalin relasi persahabatan terbuka kepada semua orang. Mengasihi “saudara” di sini tidak hanya sebatas sekeluarga maupun seiman, melainkan mengasihi semua orang adalah sebagai sesama, sebagai ciptaan Allah yang membawa rupa dan gambar Allah (Kej.1:26, 27).

Setelah melihat dengan mata hati permasalahan yang ada di sekitar kita, dan melihat segala rintangan dan tantangan yang kita hadapi, refleksi terakhir kita dimasa Prapaskah ini adalah mengambil keputusan untuk mengambil langkah konkret.

Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak 2:26). Tekun beribadah dan berdoa namun tidak mewujudkan imannya dengan mengasihi saudari-saudara kita yang sedang menderita bagaikan gong yang bergemerincing. Dalam pertemuan IV, sebagai komunitas dan lingkungan, kita didorong untuk memulai langkah nyata berbelarasa kepada sesama dalam Gerakan Kepedulian Transformatif

DOA PEMBUKA

Ya Allah yang penuh belaskasih, kami bersyukur atas segala karunia- Mu dalam hidup kami. Kami mohon mampukanlah kami memiliki kepedulian pada sesama yang membutuhkan dan dapat membuat keputusan yang cermat dengan tindakan nyata. Biarlah tindakan ini menjadi wujud pertobatan kami, pertobatan yang memulihkan keadaan kami dan seluruh alam ciptaan.

Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin

BACAAN KITAB SUCI

(Luk 10:29-37)

Namun, untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus, "lalu siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun- penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya lalu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, datang ke tempat itu. Ketika ia melihat orang, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia mendekati dia, lalu membalut luka- lukanya sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia mengeluarkan dua dinar dan memberikannya kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, menjadi sesama manusia bagi orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

REFLEKSI / RENUNGAN KITAB SUCI

Dalam perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus memperlihatkan suatu masalah yang diderita oleh seseorang yang dirampok, dianiaya dan ditinggalkan sampai setengah mati. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang penuh belas kasih, melihat penderitaan yang dialami orang tersebut, apakah kita hanya bisa melihat saja, melewatinya dari seberang jalan tanpa melakukan tindakan apapun seolah-olah kita tidak memiliki kepedulian kepada sesama seperti yang dilakukan oleh Imam dan orang Lewi tersebut? Ataukah kita seperti orang Samaria yang tergerak oleh belas kasihan, melihat, mencermati, melakukan tindakan nyata dengan tulus?

Tindakan orang Samaria sungguh memberikan apa yang dibutuhkan sampai si penderita itu benar-benar pulih. Pernahkah terpikirkan seandainya kita yang menjadi si penderita?

Pemahaman “siapakah sesamaku manusia" adalah tindakan belarasa yang membangun hubungan persahabatan, membantu dengan tulus dan tuntas, bertindak tanpa diskriminatif dalam berinteraksi dengan orang lain sebagaimana dicontohkan oleh Orang Samaria.

KISAH INSPIRATIF

Tuhan mau apa dengan hidupku? Mengapa hatiku selalu merasa resah ketika melihat orang menderita? Pertanyaan itulah yang terus menerus menggelitik hidup seorang Romo Josep.
Bermula dari kunjungan rutinnya kepada para pasien kanker di beberapa rumah sakit, Romo Jo, panggilan akrabnya, bermimpi untuk mendirikan rumah singgah bagi para pasien kanker yang berobat di RSCM, Jakarta Pusat.

Mencari tempat tinggal sementara di Jakarta bukanlah perkara sederhana. Meski pengobatan mereka sudah dibantu oleh program BPJS, namun biaya, jarak dari rumah sakit, kemacetan kota Jakarta, pengeluaran harian untuk makan dan transportasi, seolah menjadi keresahan serius bagi setiap keluarga sederhana yang berasal dari daerah ini. Air mata selalu hadir setiap mereka bercerita tentang perjuangan mereka, belum lagi situasi keluarga mereka yang sakit yang belum pasti keadaannya.

Perjumpaan Romo Jo dengan keluarga pasien inilah yang mendorongnya membentuk sebuah komunitas Rumah Teduh Suryo di daerah Senen, Jakarta Pusat. Di tengah kesibukannya sebagai pastor dan pengajar Kitab Suci, Romo Jo dibantu oleh pribadi-pribadi istimewa, yang punya pengalaman dan keprihatinan yang sama.

Hampir semua pasien dan keluarga yang tinggal di Rumah Teduh Suryo beragama muslim. Tetapi perbedaan bukan penghalang dan penghambat. Semangat memanusiakan manusia menjadi dasar pelayanan Rumah Teduh Suryo. Komunitas ini bukan hanya berhenti dengan menyediakan gedung yang layak saja, tetapi menghadirkan wajah Allah yang penuh belas kasih dalam setiap pelayanannya.

Rumah Teduh Suryo bukan tentang pelayanan seorang Romo Josep bersama teman-temannya, tetapi juga tentang wujud kasih Allah di tengah dunia. Harapannya, Rumah Teduh Suryo ini bisa bertambah kedepannya, menginspirasi umat beriman, berbela rasa, bergerak dengan semangat kasih persaudaraan lintas batas.

IMPLEMENTASI PASTORAL

Ada 3 tingkat Gerakan Kepedulian yang dapat kita lakukan:

  • Gerakan Kepedulian Karitatif: kunjungan sosial ke panti-panti sosial atau keluarga yang kekurangan dan memberikan bantuan berupa dana atau material yang dibutuhkan.
  • Gerakan Kepedulian Transformatif: melalui proses analisis sosial, kita melakukan suatu aksi nyata untuk menolong sesama terbebaskan dari kesulitannya dengan menyelesaikan akar masalah untuk membangun kehidupan baru yang lebih cerah / penuh harapan.
  • Gerakan Kepedulian Advokatif: Membela sesama yang mengalami ketidakadilan atau kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial yang tidak adil.

Komunitas dan Lingkungan diharapkan selama masa Prapaskah (Pertemuan APP) merancang Gerakan kepedulian pada tingkat transformatif.

Gerakan yang dilakukan harus SMART (Specific - Measurable - Achievable - Relevant - Time Bound). Program kita harus realistis, terukur, dapat sungguh dicapai, sesuai kebutuhan dan memiliki batas waktu yang jelas untuk diwujudkan.

DINAMIKA KELOMPOK (Sharing Iman)
Fasilitator dan peserta pertemuan berbagi cerita tentang:
Topik-topik yang dibicarakan pada pertemuan IV ini adalah:

  1. Kepada siapa gerakan ini ditujukan?
  2. Apa target atau sejauh mana bantuan yang ingin diberikan oleh gerakan ini?
  3. Bagaimana tahap-tahap gerakan ini?
  4. Apa nama gerakan kita?
  5. Siapa yang terlibat sebagai panitia pelaksana?
  6. Dimana Lokasi pelaksanaannya?
  7. Kapan pelaksanaannya?
  8. Kebutuhannya apa saja / Berapa anggarannya?
  9. Bagaimana melibatkan partisipasi setiap umat lingkungan?

DOA UMAT

Fasilitator memulai doa singkat, kemudian mempersilahkan umat yang tergerak untuk berdoa spontan dan dilanjutkan dengan doa Bapa Kami + Salam Maria

REFLEKSI PENUTUP (dibacakan saja)

Saya lebih menyukai Gereja yang memar dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dari nyaman melekat pada rasa amannya sendiri. (Seruan Apostolik Evangeli Gaudium 49)

DOA PENUTUP

Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur karena kasihMu menemani refleksi kami selama masa Prapaskah ini. Biarlah pertobatan kami menjadi pertobatan yang sungguh menghasilkan buah-buah kebaikan. Semoga gerakan kepedulian dan aksi nyata kami dapat terwujud sehingga dapat dirasakan oleh sesama ciptaan Allah tanpa memandang etnis, ras, agama, budaya, dan perbedaan sosial lainnya. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin

Lembar Tayang

Video Pengarahan Sosialisasi Pertemuan Keempat

Pertemuan dan Bahan Lainnya

Berikut ini Tema Pertemuan Per Minggu, silahkan klik sesuai dengan minggu pertemuan:

  1. Pertemuan I: Spiritualitas Inkarnasi & Belarasa (klik disini)
  2. Pertemuan II: Melihat dengan Mata Hati (klik disini)
  3. Pertemuan III: Diskresi Menentukan Komitmen (klik disini)

Atau Kembali ke halaman utama (klik disini)