Berita dan Artikel

Pertemuan Pertama Bulan Kitab Suci Nasional 2024

Pertemuan Pertama - Allah Menjadi Dasar Pengharapan Dalam Kesulitan

Pengharapan bagaikan setetes air sejuk yang membasahi mulut yang dahaga. Bagi orang beriman, satu-satunya pengharapan adalah Allah. Allah menjadi penjamin bahwa dalam aneka macam kesulitan, terutama yang disebabkan ketidakadilan, kehendak-Nya akan terlaksana. Ketidakadilan yang bersumber dari dosa menimbulkan kesulitan bagi manusia. Kehendak Allah hadir untuk menata dan merapikan kembali segala sesuatu yang rusak akibat dosa. Dengan itu pula, Allah memberi jaminan bahwa diri-Nya adalah satu-satunya harapan akan keteraturan hidup yang dapat melepaskan manusia dari aneka macam kesulitan. Dengan bantuan nubuat Nahum (Nah. 1:1-8) umat beriman dapat melihat bahwa kehendak Allah bekerja dengan merusak segala bentuk ketidakadilan. Setelah segala wujud dosa yang menyebabkan ketidakadilan itu dihalau dan dihancurkan, Allah membangun dan menata kembali kehidupan yang menghadirkan keselamatan.

Bacaan (Nahum 1:1-8)

1 Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkos. 2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kobaran amarah. TUHAN itu pembalas lawan-lawan-Nya dan pendendam kepada musuh-musuh-Nya. 3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa-Nya, tetapi sekali-kali Ia tidak membebaskan orang bersalah dari hukuman. TUHAN berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. 4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dibuat-Nya gersang. Basan dan Karmel menjadi tandus dan kembang Libanon menjadi layu. 5 Gunung-gunung berguncang di hadapan-Nya, dan bukit-bukit mencair. Bumi terungkit di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya. 6 Siapa dapat berdiri menghadapi geram-Nya? Siapa tahan terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Luapan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu roboh karena Dia. 7 TUHAN itu baik; tempat perlindungan pada waktu kesusahan; Ia memperhatikan orang-orang yang berlindung pada-Nya, 8 bahkan dalam banjir yang melanda. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.

Pengantar Penafsiran Bacaan

Kitab Nahum memusatkan perhatiannya pada jatuhnya Niniwe, ibukota Kekaisaran Asyur. Sejarah mencatat bahwa Niniwe ditaklukkan pada 612 SM. Sebagai seorang nabi, Nahum tidak sekadar memandang dan memahami peristiwa itu sebagai kenyataan sejarah belaka. Nahum menafsirkan jatuhnya Niniwe sebagai wujud nyata tergenapinya pengharapan Yehuda yang sedang dalam kesulitan. Yehuda mengalami penindasan Asyur sebagai kuk yang sangat berat membebani kehidupan mereka. Kenyataan bahwa pada akhirnya Niniwe sebagai pusat kehidupan Kekaisaran Asyur jatuh menjadi suatu bukti nyata bahwa Allah mendengarkan pengharapan Yehuda yang sedang dalam kesulitan. Allah tidak membiarkan umat-Nya berada dalam kuk penderitaan. Allah bertindak menghancurkan musuh yang menyulitkan kehidupan umat-Nya.

Pendalaman Penafsiran Bacaan

Sejumlah ahli menyatakan bahwa teks Nah. 1:1-8 memuat jejak-jejak mazmur akrostik. Sampai hari ini mazmur akrostik itu dipertahankan, walaupun dalam keadaan rusak. Yang dimaksud dengan istilah akrostik adalah komposisi puitis di mana kata pertama dari setiap ayat dimulai dengan huruf sesuai dengan urutan progresif dari alfabet (a, b, c dan seterusnya). Dengan memperhitungkan keberadaan mazmur akrostik itu, para ahli menyusun sistematika awal kitab ini. Kitab ini diawali dengan sebuah judul (Nah. 1:1). Ayat ini sekaligus menunjukkan pusat perhatian kitab, yaitu kota Niniwe. Setelah judul (Nah. 1:1) pembaca akan menemukan mazmur akrostik (Nah. 1:2-10). Bagian ini melambungkan kidung kekuatan Tuhan Allah Israel. Kekuatan itu terlihat jelas pada gejala-gejala alam. Gejala-gejala itu menyatakan dirinya dalam alur sejarah manusia untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang percaya pada-Nya, sekaligus menghukum musuh-musuh-Nya.

Penggunaan mazmur akrostik yang rusak sebagai pola dasar kidung kekuatan Allah itu mengungkapkan sekurang-kurangnya dua penafsiran. Pertama, kekuatan Allah terencana dan tertata rapi sedemikian rupa sebagaimana tampak pada susunan alfabetikal yang berurutan. Ungkapan kekuatan yang tertata rapi itu tampak pada kata-kata panjang sabar, besar kuasa-Nya, baik, dan tempat perlindungan pada waktu kesusahan. Kekuatan Allah yang tertata rapi sanggup mengembalikan kondisi rusak menjadi teratur kembali.

Kedua, kondisi rusaknya susunan akrostik itu mau menunjukkan dampak atau akibat dari kekuatan Allah yang merusak dan membuat Niniwe jatuh. Ungkapan daya rusak itu tampak dalam kata-kata puting beliung, badai, debu, tandus, layu, dan roboh. Daya rusak kekuatan Allah itu membuat Basan, Karmel, dan Libanon yang tadinya terkenal indah, subur, dan nyaman menjadi rusak dan hancur. Bagian awal bab berikutnya melukiskan gerakan berkecepatan tinggi serta berdaya rusak besar itu dengan keberadaan perisai para pejuangnya yang berwarna merah (Nah. 2:3) dan kereta yang melaju liar di jalan (Nah. 2:4).

Masa-masa sulit saat Nahum hidup menjelaskan penggunaan bahasanya yang cenderung kasar. Penggunaan ungkapan yang lugas cenderung kasar ini justru mengilhami para pembaca, sekaligus menyemangati orang-orang percaya yang hidup di masa-masa sulit yang sama agar hidup dengan penuh harapan. Kesulitan hidup menuntut orang beriman untuk menumbuhkan dari dalam dirinya kehendak kuat untuk bangkit dan melawan dosa. Dosa itu dapat datang dari dalam diri sebagai kecenderungan untuk berbuat jahat. Dosa itu juga dapat datang dari luar diri dalam wujud ketidakadilan yang disebabkan kecenderungan kolektif manusia yang berhasrat mengambil sesuatu yang bukan merupakan haknya. Dosa yang menyebabkan ketidakadilan hanya dapat dilawan dengan kehendak yang kuat dan tindakan mengubah diri yang bersifat segera atau tidak menunda-nunda supaya cepat terbebas dari akibat-akibat yang menyulitkan hidup.

Pesan dan Penerapan

Kitab nubuat Nahum didominasi keyakinan dan perasaan yang kuat akan kebesaran dan kedaulatan Allah. Allah menjadi pembela dan pembalas orang-orang yang lemah dan tertindas. Untuk orang-orang semacam itulah Allah memelihara perasaan kelembutan dan kebaikan. Jika ada indikasi bahwa Allah tidak segera turun tangan untuk meng-hukum mereka yang melakukan ketidakadilan, bukan pertanda bahwa Allah lemah (Nah. 1:3). Nahum yakin bahwa Allah menepati janji-janji yang dibuat untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya (Nah. 1:7; 2:2).

Janji-janji Allah itu bukanlah pepesan kosong atau harapan palsu. Janji itu menjadi pemenuhan harapan bagi bangsa terpilih yang sedang berada dalam kesulitan, terutama akibat ketidakadilan.Pemenuhan janji itu tampak pada ungkapan ‘Lihatlah, di atas bukit-bukit langkah-langkah orang yang membawa berita yang mengabarkan damai sejahtera’ (Nah. 1:15a). Dalam permenungannya yang disampaikan kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus melukiskan bahwa langkah-langkah orang yang membawa berita damai sukacita itu adalah langkah-langkah yang menyenangkan (Rm. 10:15). Dengan mengambil kutipan Nahum untuk pewartaannya, Paulus sebenarnya tidak bermaksud menempatkan nubuat Nahum hanya sebagai ramalan akan hadirnya suasana damai secara duniawi. Lebih dari itu, Paulus menggunakan nubuat itu untuk menghubungkan pewartaan Injil atau kabar gembira dengan pembebasan dari dosa yang disediakan Allah. Bagi Paulus, suasana damai dapat tercipta jika dosa yang berpotensi merusak suasana damai itu dihancurkan terlebih dahulu melalui tindakan penyelamatan yang dilakukan Allah. Dari sini tampak bahwa Paulus juga menempatkan Allah sebagai dasar pengharapan bagi manusia yang terdampak kesulitan-kesulitan hidup akibat dosa.

Berkat langkah-langkah yang menyenangkan itu, berita damai sukacita itu terus bergema dan meluas. Penulis Kisah Para Rasul mencatat bahwa langkah-langkah yang dimaksudkan Paulus itu merupakan firman yang disampaikan Allah kepada orang-orang Israel ketika Ia memberitakan damai sejahtera melalui Yesus Kristus yang adalah Tuhan dari semua orang (Kis. 10:36). Catatan Kisah Para Rasul itu merupakan bagian dari narasi perjumpaan Petrus dan Kornelius (Kis. 10:24-43). Dalam narasi tersebut Petrus menyadari bahwa perintah Allah mendorong dirinya untuk menyatakan keselamatan Allah melalui Yesus Kristus kepada seluruh umat manusia yang beriman kepada Kristus. Dari catatan ini menjadi jelas bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui diri Yesus Kristus, Putera-Nya, sebagai dasar pengharapan dalam menghadapi berbagai kesulitan.

Pertanyaan Pendalaman

  1. Sejauh mana muncul kesadaran bahwa Allah sungguh-sungguh menjadi dasar pengharapan di kala mengalami kesulitan?
  2. Sejauh mana muncul kesadaran bahwa Allah bekerja sedemikian rupa dengan cara-Nya sendiri untuk membantu manusia mengatasi kondisi-kondisi penderitaan yang dialaminya?
  3. Bagaimana upaya manusiawi yang harus dilakukan untuk menghancurkan dosa-dosa yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang menghilangkan kedamaian di dalam hati?

Materi Lembar Tayang

Materi Pertemuan Lainnya

  1. Pendahuluan (Klik Disini)
  2. Pertemuan Kedua (Klik Disini)
  3. Pertemuan Ketiga (Klik Disini)
  4. Pertemuan Keempat (Klik Disini)