Berita dan Artikel

Pertemuan Keempat Bulan Kitab Suci Nasional 2024

Pertemuan Keempat - MenjadiI Manusia Yang Bersukacita Karena Allah Yang Adil

Keadilan dapat tercipta hanya jika manusia memahami dan sekaligus bersukacita karena memiliki Allah yang adil. Pemahaman akan Allah yang adil ini harus tumbuh dan berkembang dalam diri manusia berdasarkan pengalaman akan aneka macam kebaikan Allah dalam hidupnya. Pengalaman-pengalaman positif akan Allah itu akan membangkitkan optimisme dalam diri manusia beriman bahwa hidup yang dijalaninya adalah berkat dan rahmat dari Allah yang terus-menerus menghendaki agar hidup manusia berada dalam kondisi damai sejahtera dan adil. Nubuat Habakuk membantu orang beriman dalam memahami Allah yang adil melalui doa (Hab. 3:1-19).

Doa dalam arti dialog dengan Allah menghantarkan orang beriman kepada pemahaman akan kondisi yang dialami sekaligus kehendak Allah yang harus terjadi. Pemahaman itu pada gilirannya akan mendorong orang beriman untuk sampai pada perwujudan dan penghayatan iman yang benar. Iman yang benar adalah iman yang tekun-setia bertahan bahkan dalam periode krisis sekalipun sebagaimana yang diungkapkan Habakuk sebagai suatu kepenuhan hidup orang beriman. Iman itu tumbuh dan berkembang berkat dialog yang intensif antara Allah dan orang beriman. Hanya melalui dialog dengan Allah, aneka macam pertanyaan, keberatan, sikap iman, dan keterbukaan terhadap semua harapan untuk dapat mengenali, menafsirkan, dan memahami jalannya sejarah dan masalah akan diperoleh seorang beriman.

Bacaan (Habakuk 3:1-19)

1 Doa Nabi Habakuk, menurut nada ratapan. 2 TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan-Mu, ya TUHAN, kukagumi! Hidupkanlah itu di zaman ini, nyatakanlah itu di zaman ini; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! 3 Allah datang dari negeri Téman, Yang Maha Kudus dari pegunungan Paran. Sela. Keagungan-Nya meliputi langit, dan bumi penuh dengan pujian kepada-Nya. 4 Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari tangan-Nya, dan di situlah tersembunyi kekuatan-Nya. 5 Di depan-Nya berjalan sampar dan wabah mengikuti jejak-Nya. 6 Ia berdiri dan berguncanglah bumi; Ia melihat dan bangsa-bangsa dibuatnya gemetar, hancur luluhlah gunung-gunung yang ada sejak purbakala, dan bukit-bukit yang berabad-abad menjadi rata. Itulah lintasan-Nya berabad-abad. 7 Aku melihat kemah-kemah orang Kusyan di bawah tekanan, dan tenda-tenda tanah Midian bergetar. 8 Terhadap sungai-sungaikah, ya TUHAN, terhadap sungai-sungaikah murka-Mu menyala-nyala? Atau terhadap lautkah amarah-Mu ketika Engkau mengendarai kuda-Mu dan kereta kemenangan-Mu? 9 Busur-Mu telah Kaubuka telanjang, telah Kau-isi dengan anak panah. Sela. Keluarlah sungai-sungai dari bumi yang Kaubelah. 10 Melihat Engkau, gunung-gunung gemetar, air bah menderu lalu; samudra dalam memperdengarkan suaranya dan mengangkat tangannya. 11 Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, ketika cahaya anak-anak panah-Mu melesat, dan kilauan tombak-Mu berkilatan. 12 Dalam kegeraman Engkau menginjak-injak bumi, dalam murka Engkau mengirik bangsa-bangsa. 13 Engkau bergerak maju untuk menyelamatkan umat-Mu, untuk menyelamatkan yang Kauurapi. Engkau meremukkan pemimpin kaum fasik melucuti bagian bawah sampai lehernya. Sela. 14 Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri kepala tentaranya, yang datang seperti badai untuk menyerakkan aku dengan sorak-sorai, seolah-olah mereka menelan orang tertindas secara tersembunyi. 15 Dengan kuda-Mu, Engkau menginjak-injak laut, timbunan air yang bergelora. 16 Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, bergetarlah bibirku; rasa nyeri masuk ke dalam tulang-tulangku, dan langkah kakiku gemetar. Dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan menimpa bangsa yang menyerang kami. 17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pokok anggur tidak berbuah, dan hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu dalam kendang, 18 aku akan bersukacita di dalam TUHAN, bersorak-sorai di dalam Allah Penyelamatku. 19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku. Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membuat aku mampu berjalan di tempat tinggi.

Pengantar Penafsiran Bacaan

Habakuk menutup kitab nubuatnya dengan optimisme. Ia melihat bahwa Allah terus-menerus mengusahakan yang terbaik untuk umat yang beriman kepada-Nya. Optimisme itu tumbuh dan berkembang bukan pertama-tama karena telah menerima aneka macam hal baik menurut sudut pandang manusiawi. Optimisme itu tumbuh dan berkembang berkat dialog secara intensif dengan Allah, Sang Penyelenggara kehidupan, sekaligus Sang Sumber keadilan. Hanya melalui dialog dengan Allah, aneka macam pertanyaan, keberatan, sikap iman, dan keterbukaan terhadap semua harapan untuk dapat mengenali, menafsirkan, dan memahami jalannya sejarah dan masalah akan diperoleh seorang beriman.

Pendalaman Penafsiran Bacaan

Kitab Habakuk berakhir dengan puisi yang luar biasa (Hab. 3:1-19). Puisi berupa doa itu menghadirkan Allah sebagai sosok pejuang berdimensi kosmis yang memakai kekuatan-kekuatan alam. Allah bersedia menghukum musuh dan menyelamatkan umatnya. Dalam penulisan kitab nubuat Habakuk, puisi itu menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang berjuang melawan bangsa Kasdim untuk mengakhiri kekaisaran yang fasik. Terhibur dengan kepastian positif itu, sang nabi menyerukan ayat-ayat terakhir (Hab. 3:17-19) dengan lebih optimis. Perjalanan sejarah kelam dan penuh nestapa dilukiskan terjadi pada gambaran dunia pertanian dan peternakan. Meskipun semuanya nampak terbenam dalam kehancuran dan kematian, iman kepada Allah selalu membantu bangsa Yehuda bertahan pada posisi optimisme. Optimisme itu muncul dalam wujud kemakmuran alam. Dalam teks-teks kenabian, kemakmuran alam adalah tanda bahwa periode bencana telah berlalu. Hukuman yang diawali serbuan musuh biasanya diikuti periode perdamaian dan kemakmuran (Am. 9:11-13; Yl. 4:17-18; Yeh. 36:1-15). Dalam pola ini alam dan alur sejarah tampak bersatu padu dalam menunjukkan situasi damai yang harmonis.

Selain itu, optimisme juga tampak pada disposisi batin sang nabi. Walaupun alam tidak menghasilkan buah-buah yang diharapkan (Hab. 3:17), Habakuk tetap optimis bahwa Allah yang menjadi kekuatannya. Kenyataan itu menjadi tanda bahwa masalah sejarah belum terpecahkan. Oleh karena itu, masih dibutuhkan seruan ratapan dan pertolongan melawan bangsa penindas (Hab. 2:6-20) dan intervensi ilahi yang disampaikan dalam wujud dan bentuk doa mazmur (Hab. 3:1-16). Seluruh kenyataan itu memang pahit. Akan tetapi, seperti Ayub, Habakuk telah menata disposisi batinnya sepanjang pengalaman religiusnya. Ia tidak menyesal atau bertanya lagi. Sebaliknya, ia justru bersorak-sorai dan beria-ria di dalam Tuhan, Penyelamatnya (Hab. 3:18). 

Iman yang benar adalah iman yang tekun-setia bertahan bahkan dalam periode krisis sekalipun sebagaimana yang diungkapkan Habakuk sebagai suatu kepenuhan hidup orang beriman. Lebih dari itu, iman yang benar adalah yang terus-menerus menaruh kepercayaan kepada Allah “...sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan” (Hab. 3:17), karena “memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1Tim. 6:6). Dengan demikian, iman Kristen yang benar menurut Habakuk dan yang digaungkan Paulus adalah kredibilitas, keadilan, ketegasan, dan kesetiaan dalam melakukan kebenaran yang berbasiskan pada kasih, kredibilitas, keadilan, ketegasan, dan kesetiaan untuk memenuhi kehendak Allah.

Pesan dan Penerapan

Nabi mengajukan dua pertanyaan yang menyedihkan. ‘Mengapa Allah seolah-olah membiarkan terjadinya ketidakadilan?’ ‘Mengapa Allah tidak melenyapkan kefasikan?’ Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sebenarnya adalah ungkapan yang lumrah. Kitab suci biasanya menempatkan pertanyaan-pertanyaan macam itu di dalam kitab-kitab hikmat kebijaksanaan. Misalnya, Ayub. Sejumlah tanggapan Allah lantas dimunculkan. Antara lain, ‘Tuhan campur tangan seturut dengan kehendak-Nya dan saat Ia sungguh-sungguh berkenan dan berkehendak’. Tanggapan semacam ini biasanya menimbulkan pertanyaan yang bahkan lebih dramatis, karena hukuman terhadap orang jahat biasanya juga melibatkan orang yang tak bersalah. Dalam konteks tersebut, bagaimana mungkin berbicara tentang Allah yang adil atau bisakah orang beriman berbicara tentang Allah yang sesungguhnya.

Bersama dengan nabi Nahum dan nabi Zefanya, meskipun jelas bersandar pada konteks zamannya masing-masing, nabi Habakuk masih menghadapi masalah ketidakadilan yang lumrah untuk ukuran zamannya. Menghadapi itu nabi Habakuk memberikan tanggapan yang melebihi ekspektasi atau harapan. Pertanyaan-pertanyaan terkait keadilan Allah berhadapan dengan aneka macam ketidakadilan dan kejahatan yang terjadi dalam dinamika kehidupan adalah pertanyaan yang terus diajukan orang-orang hingga saat ini. Solusinya tidak dapat dicari hanya dengan pertimbangan manusia. Solusinya harus secara terus-menerus diminta dari Allah melalui doa yang lahir dari iman yang mendalam.

Doa adalah ikhtiar atau usaha manusia untuk berdialog secara intensif dengan Allah, Sang Penyelenggara kehidupan, sekaligus Sang Sumber Keadilan. Hanya melalui dialog dengan Allah, aneka macam pertanyaan, keberatan, sikap iman, dan keterbukaan terhadap semua harapan untuk dapat mengenali, menafsirkan, dan memahami jalannya sejarah dan masalah akan diperoleh seorang beriman. Doa membuahkan disposisi atau sikap batin yang tepat untuk memahami situasi yang terjadi, termasuk ketidakadilan. Berkat seruan doanya nabi Habakuk yakin bahwa Allah akan memberikan hukuman yang pantas untuk setiap penindasan. Kebaruan nubuat Habakuk adalah bahwa ia menghadirkan Allah sebagai sosok yang menghakimi dan mengutuk bukan terhadap kelompok, pemerintahan, atau bangsanya, melainkan terhadap setiap bentuk penindasan yang terjadi.

Pertanyaan Pendalaman

  1. Sejauh mana muncul kesadaran untuk menjadi manusia yang bersukacita karena Allah yang adil?
  2. Kondisi-kondisi seperti apa yang membuat manusia kehilangan optimisme dan sukacitanya?
  3. Bagaimana upaya manusiawi yang dilakukan untuk dapat memiliki iman yang kredibel, adil, tegas, dan setia agar memenuhi kehendak Allah?

Materi Lembar Tayang

Materi Pertemuan Lainnya

  1. Pendahuluan (Klik Disini)
  2. Pertemuan Pertama (Klik Disini)
  3. Pertemuan Kedua (Klik Disini)
  4. Pertemuan Ketiga (Klik Disini)